Presiden Joko Widodo meminta para menterinya untuk bekerja sungguh-sungguh memajukan Indonesia dan mensejahterakan rakyat. Dia juga akan mencopot para menterinya yang tidak berprestasi. Apalagi malas-malasan.
Demikian ditegaskan Presiden Joko Widodo di Istana Negara usai dilantik di Kompleks Gedung MPR RI Senayan Jakarta, Minggu (20/10/2019) sore. Dikatakan juga dalam waktu dekat susunan kabinetnya akan diumumkan kepada publik.
Penegasan itu disampaikan presiden sesuai isi pidato usai pelantikannya. “Mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai tujuh triliun dolar. Indonesia sudah masuk lima besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen,” kata Presiden.
“Kita harus menuju ke sana. Kita sudah hitung, sudah kalkulasi, target tersebut sangat masuk akal untuk dicapai. Namun, semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras, kerja cepat dan disertai kerja-kerja bangsa yang produktif,” kata presiden lagi.
Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, lanjut Presiden, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton.
Harusnya inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya. Mendobrak rutinitas adalah satu hal. Meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas. Jangan lagi kerja kita berorientasi proses, tapi harus berorientasi pada hasil-hasil yang nyata.
“Saya sering ingatkan ke para menteri, tugas kita bukan hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi membuat masyarakat menikmati pelayanan, menikmati hasil pembangunan.”
Presiden juga menegaskan bahwa tidak mau laporan “Asal Baak Senang” (ABS). Tetapi, setelah dicek di lapangan, setelah ditanya kepada rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat. Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya.
Dtegaskanya, yang utama itu bukan proses, tetapi hasilnya.“Saya tidak mau kerja birokrasi hanya kirin-kirim perintah saja. Saya akan paksa birokrasi menjadi making delivered. Tugas birokrasi itu menjamin agar manfaat program dirasakan oleh masyarakat,” tegas Presiden.
Dikatakannya, potensi keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini, kita sedang berada di puncak bonus demografi, karena penduduk usia produktif jauh lebih tinggi daripada usia tidak produktif.
“Ini adalah tantangan besar. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan kesempatan kerja. Tapi akan menjadi kesempatan besar jika kita mampu membangun SDM yang unggul dengan didukung ekosistem politik dan ekonomi yang kondusif,” tegas Presiden.
Oleh karena itu, lanjut Presiden lagi, lima tahun ke depan yang ingin dia kerjakan adalah, pertama, pembangunan SDM pekerja keras, dinamis terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. “Itu haus menjadi prioritas utama,” kata dia
Kedua, melanjtkan pembangunan infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat.
Ketiga, segala bentuk kendala regulasi harus disederhanakan. Pemerintah akan mengajak DPR menerbitkan dua undang-undang besar. Pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Kedua, UU Pemberdayaan UMKM.
“Masing-masing UU tersebut akan menjadi Omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja. Puluhan UU yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi,” ujar Presiden.
Keempat, penyederhanaan birokrasi secara besar-besaran. Eselonisasi harus disederhanakan menjadi dua level saja. Diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian, menghargai kompetensi.
“Saya juga minta kepada para menteri, pejabat dan birokrat, agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun. Saya pastikan, pasti saya copot.” tegas Presiden.
Kelima adalah transformasi ekonomi. “Kita harus bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern, yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
“Mengakhiri pidato ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk bersama-sama berkomitmen: “Pura babbara’ sompekku… Pura tangkisi’ golikku…”. “Layarku sudah terkembang… Kemudiku sudah terpasang…”. Mari kita Bersama menuju Indonesia maju. Demikian Presiden.