Pelabuhan Tanjung Priok paling siap menjadi pelabuhan pengepul eksport-import. Selama ini cukup banyak pengembangan yang dilakukan Pelabuhan Tanjung Priok untuk meningkatkan kapasitas operasional, sehingga menjadikannya hub gateway untuk muatan eksport import.
“Dengan digitalisasi yang dikembangkan, Priok bisa menekan dwelling time menjadi di bawah 3 hari. Ini berdampak positif untuk semua, termasuk para pemilik kapal,” ujar Ketua Umum Indonesia National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, Selasa (22/10).
Dia menegaskan, pengembangan-pengembangan akses menuju pelabuhan juga turut memberi andil positif bagi kinerja logistik, karena pelabuhan hub gateway sangat efektif bila ada akses yang baik dengan sentra industri dari komoditas ekspor.
Mengenai beban biaya logistik yang dinilai masih tinggi, yakni rata-rata mencapai 25 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau lebih tinggi dibandingkan dengan vietnam dan Malaysia, dia berkomentar daya saing kinerja pasti menjadi tantangan, tapi melalui perbaikan kinerja logistik nasional diyakini biaya dapat lebih efisien.

Untuk layanan direct call yang terus bertambah, menurutnya jelas akan menurunkan biaya logistik. Dari segi waktu saja sudah terjadi efisiensi.
“Kunci dari keberhasilan direct call adalah terdapatnya cargo volume yang madai bagi shippinglines. Inilah yang juga perlu dikejar untuk direct call,” paparnya.
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan Pelabuhan Tanjung Priok direncanakan menjadi pelabuhan pengepul sektor logistik ekspor-impor. Saat ini fokus yang sudah pada direct call dan akan lebih dioptimalkan untuk menjawab isu kinerja negatif logistik nasional. Ke depan, transhipment di pelabuhan Singapura ditekan hingga 70 persen dalam jangka panjang.
“Ini merupakan pondasi awal rencana penurunan defisit neraca jasa sebesar 10 persen. Kemudian target lain menurunkan biaya logistik sebesar kurang lebih Rp 765 Triliun dalam lima tahun,” paparnya.
Menurut dia, tujuh pelabuhan yang juga terlibat dalam program port hub di antaranya Kuala Tanjung Sumatera Utara, Tanjung Perak Surabaya, Pontianak, Bitung (Sulawesi Utara), Pelabuhan Makassar, dan Pelabuhan Sorong di Papua.