Satu lagi film horor mewarnai industry film nasional. Selepas Tahlil dari BION Studio. Disutradarai oleh Adriano Rudiman, menggambarkan nuansa duka, rahasia kelam keluarga, dan ancaman supranatural. Adriano menceritakan, ia membuat film ini terinspirasi dari episode viral podcast Lentera Malam yang membahas legenda urban tentang jenazah berjalan akibat perjanjian ilmu hitam yang belum diselesaikan semasa hidup.

Cerita semacam ini bukan hal asing. “Sejak kecil saya sering dengar kisah tentang mayat yang sulit meninggal karena terikat ilmu hitam. Tapi lebih dari horor, saya melihat ini sebagai kisah keluarga yang menyimpan luka,” jelasnya.
Mengangkat kisah nyata yang dikombinasikan dengan mitos lokal, Selepas Tahlil menjanjikan pengalaman horor yang tidak hanya menyeramkan secara visual, tetapi juga mengguncang batin penonton.
Dengan durasi yang intens, film ini menghadirkan atmosfer menegangkan melalui desain suara yang menusuk dan visual yang gelap. Dialog yang sunyi, ketegangan yang terbangun perlahan, dan cerita yang terasa dekat dengan kehidupan nyata membuat film ini lebih dari sekadar tontonan horor. Penonton akan dibawa menyelami perasaan bersalah, duka, dan kehilangan yang tidak pernah selesai.
Aghniny Haque menuturkan bahwa peran Saras menjadi pengalaman emosional yang berat. “Saras bukan hanya berduka. Dia juga dihantui pertanyaan: apakah dia benar-benar mengenal sosok ayahnya?” katanya. Sementara Bastian Steel mengungkapkan bahwa Yudhis merasa ketakutannya muncul karena selama ini ia merasa terlalu biasa saja dan tidak pernah benar-benar memikirkan hubungan mereka hingga semuanya sudah terlambat.
Proses syuting film ini berlangsung selama 18 hari di awal Ramadhan, Maret 2025, dengan lokasi pengambilan gambar tersebar di wilayah Jabodetabek meskipun ceritanya berlatar di Surabaya dan Lamongan. Selain Aghniny, Bastian, dan Epy Kusnandar, film ini juga dibintangi Diandra Agatha sebagai Dyah.
Produser Taufan Adryan menjelaskan bahwa inti dari Selepas Tahlil terletak pada tema kehilangan. “Kehilangan menjadi benang merah cerita ini. Kami menekankan emosi itu di awal agar penonton bisa langsung merasakannya,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa drama kekeluargaan yang kuat pada menit-menit awal menjadi pondasi penting untuk menyampaikan makna film secara utuh.
Film ini mengisahkan dua saudara kandung, Saras (diperankan Aghniny Haque) dan Yudhis (Bastian Steel), yang hidupnya berubah drastis setelah sang ayah, Hadi (Epy Kusnandar), meninggal secara misterius. Namun, kematian tersebut hanyalah permulaan dari serangkaian peristiwa mengerikan. Jenazah Hadi secara ajaib bangkit dan berjalan dari Surabaya menuju kampung halamannya di Lamongan, membuka tabir perjanjian kelam antara manusia dan dunia gaib yang selama ini tersembunyi.
Kisah ini menjadi semakin menegangkan ketika Saras mengalami kerasukan, memperlihatkan bagaimana batas antara dunia nyata dan gaib runtuh. Trauma masa lalu, rahasia yang dikubur dalam keluarga, dan rasa bersalah mulai bermunculan. Film ini menggambarkan teror bukan hanya dari entitas hantu, tetapi dari luka yang diwariskan antar generasi.
Adriano Rudiman, selama ini dikenal sebagai ilustrator komik Kambing Jantan, Selepas Tahlil bukan hanya film horor biasa. Cerita ini menjadi pengingat bahwa hubungan keluarga, terutama antara anak dan orang tua, menyimpan banyak hal yang belum selesai. Film ini menyuguhkan horor yang menyentuh sisi emosional dan memperlihatkan bagaimana ketakutan sejati bisa berasal dari dalam rumah sendiri.