Fatin Shidqia makin menunjukkan eksistensinya di industri musik Indonesia dengan perilisan album kedua “Cerita Kita”. Setelah 12 tahun vakum merilis album, juara X Factor Indonesia itu kembali bukan dengan kemewahan produksi, melainkan dengan kejujuran emosional yang jarang ditampilkan oleh penyanyi pop mainstream.

Album ini menampilkan perjalanan spiritual dan personal Fatin sebagai musisi dan perempuan muda. Ia menulis sebagian besar lagu dalam “Cerita Kita”, termasuk beberapa karya lama yang baru kini berani ia rilis. “Beberapa lagu ini sudah lama aku simpan. Dulu aku belum siap, sekarang aku ingin berbagi,” ujarnya.
Lewat “Cerita Kita”, Fatin menunjukkan transformasi dari sekadar penyanyi menjadi pencipta lagu sejati. Setiap lirik terasa lebih personal, menggambarkan fase hidup yang diwarnai keraguan, pencarian, dan penerimaan diri.
Salah satu lagu yang menjadi titik balik adalah “Red Flag”. Dengan lirik sepenuhnya berbahasa Inggris, Fatin memperlihatkan keberaniannya menembus batas. Lagu ini tidak hanya menjadi simbol kematangan musikal, tetapi juga bentuk refleksi atas hubungan yang toksik namun sulit dilepaskan.
Fatin tak menampik bahwa proses kreatif kali ini penuh tantangan. “Aku harus berjuang melawan rasa ragu dan ingin menyerah. Tapi justru di situlah aku menemukan jati diriku,” ungkapnya.
Album “Cerita Kita” juga menunjukkan bagaimana Fatin kini memilih kualitas di atas popularitas. Ia tidak lagi terpaku pada citra remaja berhijab dengan suara lembut, melainkan perempuan yang tumbuh bersama kisahnya sendiri.
Dalam setiap nada dan bait lagu, Fatin mengajak pendengarnya untuk berani jujur terhadap perasaan sendiri — baik luka, kecewa, maupun bahagia. “Kita semua punya cerita. Ini versiku, dan aku berharap bisa menemani mereka menemukan versi terbaik dari dirinya,” tutup Fatin.