Cakraline.com. Jakarta – Pandemi corona virus yang melanda negeri ini, memang berdampak sangat luas dibeberapa sektor usaha, salah satunya, industri perfilman nasional terhenti. Akibatnya ada 2.000 layar bioskop tak beroperasi. 24 judul film terpaksa tunda tayang saat Lebaran Idul Fitri 1441 H.

Saat industri film harus tunduk pada bencana nasionak virus corona, sutradara filmm Anggy Umbara menyebutkan, awal covid-19, dirinya sempat menyelesaikan syuting, dan setelah itu mengalami stagnasi.
“Saya bersyukur masih bisa menyelesaikan syuting di awal corona, setelah itu kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita menunggu kebijakan pemerintah bagaimana untuk memulai lagi,” ucap Anggy saat Halal Bilalal Webinar Online bersama Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud RI bersama Demi Film Indonesia bertajuk ‘Film Nasional; Whats Next’, Senin (25/5) pagi hari kedua Idul Fitri 1441 H.
Diskusi yang dilakukan melalui aplikasi ZOOM, mulai pukul 10.00 — 12.00 dan dihadiri narsumber yang pakar dalam bidangnya mulai dari Ahmad Mahendra (Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud RI), Djonny Syafruddin (GPBSI), Noorca Massardi (Pengamat Film dan Anggota LSF), H. Firman Bintang (Produser), Putri Ayudya (Aktris), dan Anggy Umbara (Sutradara), membahas bagaimana solusi perfilman nasional masa pandemi covid-19.
Anggy menceritakan, bahwa produksion house (PH) besar, sudah banyak yang melakukan pemutusan hubungan kerja. “Kalau ph-ph kecil masih ada yang bertahan. Tapi, kalau tiga bulan ke depan tidak alami perubahan, bisa jadi akan jual macam-macam,” ujarnya pada Ahmad Mahendra (Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud RI).
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru KEMENDIKBUD RI Ahmad Mahendra menyambut baik dengan kegiatan ini dan senang mendapat masukan positif dari yang hadir. Karena menurutnya film bukan hanya sebagai sarana hiburan saja, akan tetapi film juga bisa menjadi sarana pendidikan dan industri. Sekaligus sebagai karya seni, yang nantinya dapat diskenariokan membangun daerah. Contohnya seperti film Laskar Pelangi yang telah meraih sukses.
“Banyak pekerjaan yang tertunda dan harus segera diselesaikan, bagaimana kita harus memajukan industri film nasional seperti Korea yang sudah meraih Oscar. Kita perlu memperluas jaringan dan menghasilkan film-film yang berkualitas,” harap Ahmad Mahendra.
Sementara Ketua GPBSI Djhoni Safyruddin salah satu nara sumber dalam acara Halal Bi Halal berharap pada Juni mendatang bioskop bisa kembali beroperasi kembali. Djonny meminta ada pemotongan pajak untuk para produser perfilman, bukan pada gedung theaternya.
Produser film, Firman Bintang optimis film nasional segera kembali bangkit. “Saya optimis industri film Indonesia akan bangkit lagi dan akan lebih baik lagi. Sebab, industri perfilman Indonesia tidak boleh mati, harus tetap hidup. Dan mereka yang terlibat di Industri perfilman, adalah orang-orang yang sudah terlatih dalam menghadapi situasi yang sulit,” tegas Firman Bintang.
Putri Ayudya menceritakan dalam kegiatan yang dipandu Yan Widjaya (Host), Arul Muchsen (Cohost) dan Benny Benke (Cohost), di awal covud-19 ia masih bekerja menyelesaikan sebuah film pendek bersama Garin Nugroho. Mereka bekerja dalam aturan kesehatan yang ketat. Memakai maskerm sesering mungkin cuci tangan. Yang bekerja sangat terbatas.
Noorca Massardi (Pengamat Film dan Anggota LSF) memberi masukan, jika Juni Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan, diizinkannya thetaer atau gedung film diizinkan menayangkan perfilman,
Maka harus mengikuti protokler. Semisal ada pengurangan jumlah penonton untuk jaga jarak. Bisa juga semisal membuat bioskop beratap langit (drive in movie) yang menonton dengan mobil.