Cakraline.com. Jakarta selain dijuluki ‘ Metropolitan’, juga sudah menjadi melting pot ( zona tempat bercampur dan bernaungnya aneka ragam elemen sosial- budaya ke dalam satu tempat ), juta orang dari berbagai penjuru tanah air mengadu nasib di pusat kota perputaran uang di Indonesia, Shandy atau yang dikenal dengan nama Shandy PRD salah satunya.
Hal ini membuat banyak orang beradu nasib di Jakarta, maka semakin ketat pula persaingan yang terjadi di semua sektor bisnis. Di tengah-tengah kondisi seperti ini, Shandy kelahiran 22 Februari 1994 mengawali karirnya sebagai influencer di dunia Vapor dengan segudang prestasi dengan menjuarai banyak kompetisi-kompetisi Cloud Cashing dengan julukan Shandy Paus.
Tidak berhenti disitu, kecintaan Shandy terhadap music EDM membuatnya merambah dunia Disc Jokey selama bertahun–tahun, Meskipun kiprahnya sebagai DJ terhenti akibat pandemi, belakangan ini baru Shandy justru semakin menyadari karakteristik musik EDM yang bisa diterima banyak kalangan pendengar, punya energi yang asyik, dan cocok dinikmati di bermacam-macam situasi.
Sifat peka terhadap segmentasi inilah yang kelak membuat Shandy tumbuh sebagai pengusaha visioner dengan banyak fresh idea.
Seiring pengalaman dan pergaulannya yang terus meluas, sekitar tahun 2015, Shandy akhirnya bertemu Budiyanto (pendiri JVS Group). Keduanya punya kesamaan passion dan latar belakang, sehingga tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menjadi kolega bisnis.
Tidak main-main dengan bisnis yang sekarang di jalankan bersama Budi di Group JVS, Shandy tumbuh sebagai remaja yang gigih dalam mempelajari bisnis, sambil terus mematangkan passion di industri kreatif, termasuk berprestasi di berbagai skema vapor ( rokok elektrik )
Shandy bisa menjadi simbol optimistik baru, khususnya bagi kalangan pengusaha muda, bahwa di kota sekeras Jakarta usia muda bukan halangan untuk naik daun dan berkembang pesat. Shandy PRD hadir sebagai tanda bahwa generasi pengusaha muda sudah mampu untuk memperkaya daya saing di Jakarta.
“Orang tua saya dari dulu mengajarkan, bahwa jika sudah punya cinta di suatu bidang, buktikanlah dengan sikap gigih dan terus konsisten. Buktikan, bahwa itu memang sebuah cinta, bukan hanya perasaan sesaat”, ujar Shandy mengenai nasihat yang menjadi pegangan hidupnya.
Tantangan lain yang Shandy rasakan, adalah keterampilan dalam membaca peluang usaha, lalu memastikan kualitas konsep dari bisnis yang akan digeluti. “Saat ini Jakarta memang tampak padat. Seakan-akan sudah penuh. Tapi sebetulnya, di sini masih banyak celah bisnis yang menarik. Bagi saya Jakarta tetap punya peluang bisnis yang potensial”, ujar Shandy.
Tak heran bila sosok Shandy bisa berpandangan demikian. Sebab pria murah senyum ini memang mengagumi sosok Bill Gates dan Jack Ma, sebagai patron pengusaha yang ia idolakan.
“Jack Ma dengan Alibaba Group miliknya, dan Bill Gates dengan Microsoft Corporation miliknya, mengajari saya, bahwa menaklukkan zona ‘keras’ itu bukan hal mustahil. Alibaba dan Microsoft, berhasil tumbuh di negara yang lebih besar dari Indonesia, Jack Ma dan Bil Gates pun, berhasil tumbuh di kota yang lebih keras dari Jakarta. Mereka berdua berhasil menghadapi semua itu. Saya belajar dari mereka, dan saya ingin unit usaha yang saya kelola sekarang, kelak punya konsep bisnis dan etos kerja sebaik mereka,” tutupnya.
Kalimat barusan Shandy coba praktekkan dengan menjalankan lini bisnis terbarunya, ICONIC Entertainment – produsen konten kreatif yang mengedepankan daya tarik kemasan, kekuatan konsep, dan kualitas edutainmen (hiburan-edukasi) yang Shandy harap karya-karyanya bisa dinikmati masyarakat luas.
Dari pencapaian saat ini, Shandy semakin tidak berpikiran untuk menyerah sebagai pengusaha di Jakarta. Meski pandemi masih menyerang, banyak bisnis berguguran, Shandy masih yakin bahwa Jakarta tetaplah rumahnya, bahkan rumah bagi banyak orang dari luar Jakarta.
“Namanya bisnis, pasti ada fase naik-turunnya. Kondisi itu pasti berat, bahkan menakutkan. Namun saya pribadi menghadapi itu semua dengan happy. Kita harus berusaha bahagia. Malah terkadang, berusaha untuk bahagia bisa jadi harus diperjuangkan lebih awal, sebelum berusaha dalam bisnis dan pekerjaan”, ujar Shandy