Saturday, July 5, 2025
Cakraline
  • Home
  • Celebrity
    • Lifestyle
  • Female
    • Inspiratif
  • Nasional
    • Ekonomi
    • Politik
    • Isu Khusus
  • Film & Musik
    • Fashion
    • Musik
  • travel
    • Destinasi
    • Galeri
  • Video & TV Streaming
  • Olahraga
    • Lokal
    • Internasional
  • Home
  • Celebrity
    • Lifestyle
  • Female
    • Inspiratif
  • Nasional
    • Ekonomi
    • Politik
    • Isu Khusus
  • Film & Musik
    • Fashion
    • Musik
  • travel
    • Destinasi
    • Galeri
  • Video & TV Streaming
  • Olahraga
    • Lokal
    • Internasional
Morning News
No Result
View All Result
Home Isu Khusus

Yusnia Ibunda Dendis Al Latif, orangtua siswa MTsN 19, “Saya pikir mungkin ketiban pohon”

by admincakra
October 26, 2022
0
0
SHARES

Duka orang tua dibalik robohnya tembok   MTsn 19 Jakarta Selatan

Cakraline.com.  Foto Dandis Al Latif  (13) bersama teman-temanya  di dalam ruang  kelas menjadi foto terakhir pelajar kelas 8 MTsN Pondok Labu, Jakarta Selatan itu yang miliki Yusnia (38).  ” Ini foto terakhir Dendis diambil beberapa menit sebelum dia meninggal. Saya tak menyangka ini foto terakhir,” ungkap Yusnia ibunda Dandis.

Kenangan-Yusnia-dengan-putranya-Dendis-foto-Ist
Kenangan-Yusnia-dengan-putranya-Dendis-foto-Ist

Perempuan berhijab itu lama tertegun memperhatikan foto  buah hatinya  bersama teman-teman. Dendis terlihat bahagia dalam foto tersebut.   Sejak awal  Yusnia maupun suaminya M. Al Latif tak merasa ada firasat apapun menyangkut anaknya.  ”Pagi itu saya antarkan Dendis sampai ke gerbang sekolah, sama seperti biasa dia masuk pamit dan cium tangan,”  ucap Yusnia.

Yusnia tentu tak pernah menduga  pagi itu adalah pertemuan terakhir dengan buah hatinya. Tak terbayangkan sebelumnya jika pagi Dandis terlihat bugar, namun sore pukul 15.00  wib, Yusnia mendapat kabar duka, putranya   salah satu korban robohnya tembok MTsN 19 Pondok Labu.

Tembok pembatas antara area sekolah dengan permukiman warga, tembok terdorong arus banjir menimpa Dendis dan kawan-kawanya.

”Saya berusaha lebih tenang walaupun hati saya belum, tetapi banyak yang menyarankan saya tidak boleh menghambat jalan anak menuju surga. Mudah-mudahan anak saya sudah di surga, dia sahid sedang menuntut ilmu. Tadinya saya nggak terima, sekarang sudah bisa menerima,” tutur Yusnia.

Yusnia pun sudah mengiklaskan kepergian  Dendis pengemar olah raga futsal itu.  ”Bicara iklas memang mudah, tapi menjalankannya  sulit. Saya pernah kehilangan orang tua, tapi kehilangan anak beda banget.  Air mata saya kering, hari-hari saya menanggis. Sekarang saya sudah bisa iklas, mau sampai kapan saya larut dalam kesedihan,” ucap Yusnia dengan mata berkaca-kaca.

Suaminya M. Al LAtif menenangkan, ”Orang tua mana sih yang kuat, tapi kita belajar iklas, kita tinggal mendoakan.” 

Yusnia berusaha tabah, ia selalu terbayang wajah Dendis saat berpisah di dapan pagar sekolah pagi itu, sekitar pukul 06.15 Wib.  Tak ada kata-kata aneh kecuali salam perpisahan biasa. ”Enggak bisa saya ungkapkan perasaan ini, masih berduka saja. Masih seperti mimpi,” ucap Yusnia.

Hujan deras sepanjang siang tak membuat Yusnia cemas. Dia mulai cemas ketika guru mengabarkan melalui pesan pendek, agar orang tua datang untuk menjemput anak-anak.  ”Kan belum waktunya pulang sekolah, belum pukul 2, anak-anak pulang sekolah pukul 3,” guman Yusnia dalam hati.

Namun sebelum pesan dia baca, Abit salah satu teman  Dandis mengabarkan dengan suara terbata-bata,” Mama Dandis, Dandis ketiban.  Saya tanya ketiban apa ?  Sudah nggak ada jawaban, telpon mati,” kata Yusnia.

 Yusnia memberitahu suaminya yang sedang bekerja di Cangkareng, Jakarta Barat. Suaminya meminta Yusnia mencari informasi  disekolah.  Walau hujan deras Yusnia dengan naik sepeda motor ke sekolah yang jarak 15 kilo meter dari rumah.

Dijalan Yusnia mulai resah, banjir, macet membuat dia kesulitan menembus genangan air. ”Hujan gede, jangan-jangan anak saya ketiban pohon. Tapi saya mikir lagi, pohon mana. Kalau rumah nggak mungkin itu kan sekolahan. Saya pikir mungkin ketiban pohon saja,” cerita Yusnia.

 Yusnia mempunyai firasat tak buruk sesuatu  yang serius telah terkadi pada anak bungsunya itu. ”Sebenarya waktu dapat kabar dari Abit, tubuh saya lemas, pikiran saya sudah jelek,” uapnya.

Karena hujan deras warga disekitar rumah tak ada yang keluar. Awalnya dia ingin meminta tlong tetangga untuk diantar karena kanan kiri nggak ada orang Yusnia jalan sendiri. ”  Saya harus segera sampai di sekolah, saya harus melihat anak saya,” jelasnya.

Sebelum tempat pemancingan Pondok Labu  Yusnia terjebak  banjir. Air cukup tinggi menutup jalan. Semua kendaraan lain berhenti . Yusnia dengan gigih berusaha menerobos kemacetan dengan mencari selah jalan yang cukup untuk dilalui motor. ”Banjir hampir sebetis orang dewasa. Saya terus jalan, saya  pengen cepat sampai sekolah,” katanya,

Motor  Yusnia mogok karena terpaksa menebos banjir.  ”Tiba tiba  ada yang bantuin motor saya di dorong, saya pingirin motor hidup lagi, “ aku Yusnia.

Dibawah jembatan  jalan tol  Andara  sebelum sampai di sekolah, Yusnia berpapasan dengan beberapa murid  MTsN 19.   Yusnia menanyakan anak tersebut kelas berapa, rupanya teman satu kelas Dendis. Dari pengakuan anak tersebut Yusnia mendapat kabar buruk. “ Dendis gimana ? dijawab, Dendis tinggal kepalanya,” ucap Yusnia. Nafasnya  tertahan. Dada terasa turun naik.   Dia tak menunjukkan rasa panik, namun air mata tak bisa dibendung. 

oto-terakhir-Dendis-dan-kawan-kawan.-Dendis-jongkok-kanan-bawah-ft-Ist
oto-terakhir-Dendis-dan-kawan-kawan.-Dendis-jongkok-kanan-bawah-ft-Ist

Mendengar kabar tersebut Yusnia setenggah tak percaya,  dia berusaha tak menanggis dijalan.  Dia menguatkan diri. ”Kabar itu membuat hati saya hancur, saya pikir tentu kondisi Dendis parah, tapi saya berusaha tenang sampai ke sekolah” akunya.  Yusnia tak sempat bertanya siapa anak tersebut karena mulai panik.

Selama wawancara Yusnia berusaha tidak menanggis namun naluri sebagai ibu tetap tak bisa menutupi perasaannya. Kedua matanya memerah dan berkaca-kaca. Dia  menghapus setiap air mata  handak keluar dengan lengan baju-nya.

Perasaannya  campur aduk, ”Disini pikiran makin jelek karena anak saya dibilang tinggal kepalanya,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca

 Yusnia ingin segera sampai disekolahan, sayangnya  sekitar 500 meter jelang sekolah banjir kembali mengenangi jalan.  Yusnia memarkir motor dipinggir jalan. Dia memutuskan jalan kaki berenang ditenggah kepungan  banjir.  ”Sampai disekolah banjirnya sudah sepingang, “ kata Yusnia.

Digerbang sekolahan Yusnia bertemu beberapa orang guru, ”Saya ditanya ibu mau ketemu siapa ? Anak saya Dendis,” kata Yusnia.

Sang  guru tersebut memeluk tubuh Yusnia, dia tak memberikan informasi apa-apa tentang  Dandis. Yusnia diminta untuk menenangkan diri. ”Anak saya dimana, bagaimana kondisinya. Nggak ada yang ngasih informasi, saya diminta untuk tetap tenang.  Guru tersebut, mengatakan anak ibu sehat, anak ibu sehat,” ujarnya.

 ”Saya diminta duduk, dikasih minum saya ngak mau. Saya mau cari anak saya. Karena orangtua lain yang menjemputnya ada, sedangkan saya sendiri nggak ada,” keluhnya..

Yusnia diberitahu   Dendis sudah dibawa ke rumah sakit.  Tak dijelaskan dibawa kerumah sakit mana. Sempat terjadi ketengenggan,  Yusnia minta didampingi ke rumah sakit mana. ”Nggak ada yang mau, mereka masih bingung apakah  di RS Fatmawayti atau kemana,” katanya.

Salah seorang kerabat Yusnia yang bekerja di rumah sakit Prikasih, Pondok Labu mengabarka,  sebaiknya langsung ke rumah sakit. ”Saya ditanya lagi dimana ? Disekolahan.  Ngapain disana, Dendis ada disini,” kata Yusnia.

Keluarga juga masih merahasiakan bagaimana  Dendis. .  ”Enggak dijelaskan bagaimana kondisi Dendis, saya diminta segera datang,  keluarga tak ingin saya panik,” ujarnya.

Dia  ke rumah sakit naik motor.  ”Saya menanggis sepanjang jalan, ada ditanya kenapa menanggis.  Anak saya salah satu korban. Saya di antar seorang perempuan kerumah sakit,” ucapnya.

Di Prikasih, Yusnia menuju ruang Unit Gawat Darurat (UGD).  Seorang petugas menunjukkan jasad  Dendis yang ditutup dengan kain putih. Yusnia meratap sambil memeluk tubuh kaku buah hatinya.

 10 menit kemudian Yusnia membuka kain penutup tubuh anaknya. ”Saya beranikan diri membuka. Tubuhnya utuh.  Hati saya benar-benar hancur.  Saya tak berdaya,” katanya.

Dendis memiliki pribadi yang baik, ramah dan mudah bergaul. Dirumah waktunya dihabiskan dengan belajar, magrib belajar mengaji di mesjid tak jauh dari rumah.  ”Saya nggak bisa salahin siapa-siapa. Ini adalah takdir. Dendis saya antar sehat pulang tinggal nama,” tutur Yusnia.

  

Next Post
Nikita_Mirzani-foto-dok-Instagram@nikitamirsanimawardi_172

Nikita Mirzani ditahan di rutan Serang, " Saya bukan penjahat"

No Result
View All Result

Recent Posts

  • UGM Menggelar Doa Bersama Untuk Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo
  • Pendaki Rinjani, Syehvalif Syahru Duante “ Paling Indah Sekaligus Paling Menakutkan”
  • Pembunuhan Direktur RS Indonesia di Gaza, Bukti Israel Sasar Tenaga Kesehatan
  • Ayu Aida, Penulis, Aktivis Perempuan Luncurkan Buku Seberkah Al Aqsa Sesuci Ka’bah
  • “Save Our World” Pesan SBY Lewat Nada

Recent Comments

    Archives

    • July 2025
    • June 2025
    • May 2025
    • April 2025
    • March 2025
    • February 2025
    • January 2025
    • December 2024
    • November 2024
    • October 2024
    • September 2024
    • August 2024
    • July 2024
    • June 2024
    • May 2024
    • April 2024
    • March 2024
    • February 2024
    • January 2024
    • December 2023
    • November 2023
    • October 2023
    • September 2023
    • August 2023
    • July 2023
    • June 2023
    • May 2023
    • April 2023
    • March 2023
    • February 2023
    • January 2023
    • December 2022
    • November 2022
    • October 2022
    • September 2022
    • August 2022
    • July 2022
    • June 2022
    • May 2022
    • April 2022
    • March 2022
    • February 2022
    • January 2022
    • December 2021
    • November 2021
    • October 2021
    • September 2021
    • August 2021
    • July 2021
    • June 2021
    • May 2021
    • April 2021
    • March 2021
    • February 2021
    • January 2021
    • December 2020
    • November 2020
    • October 2020
    • September 2020
    • August 2020
    • July 2020
    • June 2020
    • May 2020
    • April 2020
    • March 2020
    • February 2020
    • January 2020
    • December 2019
    • November 2019
    • October 2019
    • September 2019
    • May 2018

    Categories

    • Destinasi
    • Ekonomi
    • Event
    • Exclusive
    • Fashion
    • Film
    • Galeri
    • Inspiratif
    • Isu Khusus
    • Kolom Mahasiswa
    • Musik
    • Nusantara
    • Regional
    • Transportasi

    Meta

    • Log in
    • Entries feed
    • Comments feed
    • WordPress.org
    • Destinasi
    • Ekonomi
    • Event
    • Exclusive
    • Fashion
    • Film
    • Galeri
    • Home
    • Inspiratif
    • Internasional
    • Isu Khusus
    • Kontak
    • Lifestyle
    • Lokal
    • Musik
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Politik
    • Regional
    • Susunan Redaksi

    © 2024 Cakraline

    No Result
    View All Result
    • Home
    • Celebrity
      • Lifestyle
    • Female
      • Inspiratif
    • Nasional
      • Ekonomi
      • Politik
      • Isu Khusus
    • Film & Musik
      • Fashion
      • Musik
    • travel
      • Destinasi
      • Galeri
    • Video & TV Streaming
    • Olahraga
      • Lokal
      • Internasional

    © 2024 Cakraline