Cakraline.com. Jakarta- Riset Google menyebutkan bahwa perempuan Indonesia lebih suka berwirausaha, dibandingkan dengan 12 negara lainnya, diantaranya; Argentina, Brazil, Jepang dan Kenya. Sementara pada data yang lain menyebutkan Indonesia masuk kedalam urutan 20 untuk negara dengan jumlah pengusaha wanita terbanyak.
Memang pada kenyataannya dalam 3 tahun terakhir, jumlah wirausaha perempuan meningkat 3 kali lipat. “Sebanyak 64,5% atau 37 juta pelaku UMKM di Indonesia dikelola oleh kaum perempuan. Namun sayangnya aktivitas para penopang ekonomi bangsa ini tidak banyak mendapat dukung dari banyak pihak,” ungkap Dr. Indrawan Nugroho, CEO sekaligus co-Founder CIAS pada acara Webinar Professional Women’s Week bertajuk Wanita Pengusaha: Strategi Menang di Dunia Laki-laki, yang digelar secara daring pada, Senin, 20 September 2021.
Dunia usaha penuh dengan persaingan, bahkan hingga sekarang masih dikonotasikan sebagai dunianya laki-laki. Sehingga untuk para wanita yang ingin terjun ke dunia bisnis dibutuhkan strategi jitu agar berhasil masuk ke belantara bisnis.
“Apakah wanita bisa ? Bisa dong, tapi memang harus dipersiapkan secara cerdas. Kita tidak dalam membicarakan persoalan gender. Ini juga buka perempuan versus laki-laki. Tapi lebih kepada bagaimana menaklukkan dompet para pelanggan,” urainya.
Indrawan menyebut setidaknya terdapat 3 hal , antara lain: 1. Stereotip gender, bahwa tidak bisa dinafikkan bahwa sosok perempuan dipandang lemah secara emosional dan ambisi. Padahal stereotip belum tentu benar, dan seharusnya dijadikan sebagai sebuah tantangan.Dalam hal ini, para wanita tidak perlu khawatir dan harus menghapus pandangan tersebut. Yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan sebuah pembuktian, bahwa dia tidak seperti yang disangkakan.
2. Norma di masyarakat. Salah satu contoh, yang mestinya bekerja itu laki-laki, sementara perempuan cukup di rumah saja, mengurus suami dan anak-anak.
“Disini memang terjadi un ekspektasi, misalnya ada laki-laki seminggu tidak pulang-pulang ke rumahnya. Pandangan para tetangganya pasti biasa-biasa saja. Yah, wajarlah, nggak pulang-pulang kan dia pejuang keluarga. Tak jarang malah diacungi jempol. Tapi Ketika yang tidak pulang-pulang itu adalah perempuan, tanggapan yang diterima akan berbeda. ‘Egois ya, nggak pulang-pulang, kok nggak kasihan sama suami, anak. Kenapa nggak memikirkan tugas dia sebagai istri dan ibu untuk anak-anaknya ya? ,” papar Dr. Indrawan, memberikan contoh.
3.Multiperan wanita
Sejatinya wanita itu dalam satu waktu dapat menjelma sebagai ibu, istri, anak, sekaligus sahabat bagi orang-orang di sekitarnya. Namun pada saat agenda pembagian raport, ketika ayah tak bisa datang ke sekolah , lingkungan tidak mempersoalkan. Tapi jika ibu yang tidak bisa hadir, posisi ibu selalu menjadi yang disalahkan. Sehingga bagi para wanita yang ingin memulai bisnis, ketiga variabel ini perlu dipikirkan secara bijak.
“Ini layaknya sebuah strategi perang, bicara strategi, maka sama dengan memilih. Memilih mau berbisnis apa?, cara menjalankannya bagaimana? Dan berpartner dengan siapa? Saran saya pilihlah peperangan yang paling mudah Anda untuk menangkan. Apakah mau berbisnis makanan, pakaian, pertambangan, atau kerajinan. Ini yang Namanya peperangan. Jangan memilih usaha yang hanya karena teman Anda sukses menjalankannya, sedangkan Anda tidak mengerti sama sekali,” ujar Dr. Indrawan.
Salah satu yang menjadi kekuatan adalah adanya dukungan dari keluarga, terutama suami dan orang tua. Bagaimana mungkin seorang perempuan dapat menjalankan bisnisnya, sementara pada waktu yang bersamaan dia harus menjemput anaknya ke sekolah. Pada waktu yang bersamaan pula, suaminya marah karena merasa sebagai ibu dia sudah menelantarkan anak.
“Jadi sebaiknya sebelum berperang , perlawanan -perlawanan semacam ini sudah dihilangkan dulu. Sebelum memulai usaha, mintalah dukungan suami, dukungan orang tua. Kalau dalam ajaran Islam, supaya mendapatkan berkah. Lalu, kenapa ada suami yang tidak setuju istrinya berbisnis? Bisa jadi dia takut, khawatir, kalau istrinya sukses, akan menjadi tidak hormat lagi, tidak dianggap. Itu ego laki-laki ya. Nah, disini yakinkan dulu suami Anda. Bahwa cinta Anda padanya tidak akan berubah hanya karena pekerjaan. Nggak akan mengubah sedikit pun rasa hormat kepada suami. Hal ini sebaiknya dibangun dari sebelum memulai usaha,” papar Dr. Indrawan.
Indrawan menegaskan pentingnya support system bagi perempuan yang menjalankan bisnis. Dengan terbangunnya support system yang dapat diandalkan maka sebagian pekerjaan dapat didelegasikan.
“Disini pentingnya memilih bisnis yang fleksibel dari sisi waktu dan tidak membuat stag. Anda punya control, kapan Anda bekerja, kapan Anda ada waktu untuk keluarga. Pilihlah tim yang dapat diandalkan. Pilihlah karyawan yang dari awal benar-benar dapat diandalkan. Mendapatkan tim semacam ini memang tidak seperti sulap, butuh waktu. Dengan terbangunnya system kerja, maka wanita pengusaha ini akan tetap selalu bisa hadir untuk suami, anak-anak dan keluarganya pada saat dibutuhkan,” urai Dr. Indrawan.
Tiga Wanita Inspiratif
Sesi kedua, hadir 3 wanita inspiratif, yaitu Prita Kemal Gani (Founder dan CEO LSPR), IntanAyu Kartika (Brand Director Danone-Aqua), dan Hany Seviatry (Owner Batik Krakatoa) Pada talkshow dan webinar bertajuk Sukses Berkarier di Tengah Tantangan Multiperan dan Pandemi Covid -19 ini ketiganya berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menjalankan bisnis, membagi waktu untuk keluarga dan memastikan tetap memiliki waktu untuk diri sendiri agar dapat menikmati me time.
“Saya justru bersyukur karena dalam Islam, perempuan itu dikarunia Allah rasa cinta dan kasih sayang. Ini menjadi motivasi karena kita diberikan kelebihan multiperan sebagai ibu sekaligus bekerja. Yang saya rasakan kehidupan jadi seimbang dan membanggakan,” ungkap Intan pada acara yang dipandu oleh Elly Simanjuntak, Pemimpin Redaksi Women;s Obsession, ini.
Sedangkan Prita Kemal Gani membeberkan kiat dirinya dalam menghadapi Covid 19 bersama keluarga tercinta. Istri pengusaha media Kemal Gani ini mengatakan pandemik membuatnya banyak waktu untuk membangun kebersamaan dengan ketiga anak-anaknya.
“Ada blessing di kejadian anak kedua saya yang kuliah di Inggris. Karena pandemik harus pulang ke Indonesia. Sehingga selama 1,5 tahun ini bersama kami. Pada saat pandemik ini kita bisa melihat, mendengar ada rumah tangga yang menjadi runyam, karena orang tua tidak terbiasa di rumah, tapi karena ada WFH harus kerja di rumah. Biasanya selalu pergi, begitu di rumah saja, justru bikin stress. Mungkin tidak semua orang punya rumah yang luas, sehingga masing-masing anggota punya privacy. Nah disinilah dbutuhkan sebuah upaya untuk memberikan ruang pada anggota keluarga,” ujar Prita.
Hany Seviatry, juga punya pengalaman yang berbeda selama masa pandemic covid-19. Diakuinya di awal pandemic, terpaksa harus menerapkan pembayaran dengan system Borongan terhadap para pengrajin batik yang bekerja dengannya.
Hal ini ditempuh oleh Hany agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja selama pandemic yang sempat membuat show room batik miliknya mengalami penurunan omzet penjualan.
Tak hanya, sebagai pengusaha batik, dia harus senantiasa melakukan edukasi penggunaan masker dan menjaga prokes kepada para pengrajinnya.
“Bagi para pengrajin saya corona itu nggak ada. Adanya di Jakarta, banyak yang meninggal juga di Jakarta, sedangkan di tempat kami di Cilegon tidak ada corona. Ini menjadi tantangan bagi saya, bagaimana memberi penjelasan kepada mereka. Terlebih pada saat Covid 19 di Cilegon mulai mereda , kita mulai lakukan zona kuning. Jadi saya sudah bisa datang ke workshop. Terus terang saya kan nggak bisa melepaskan pengrajin bekerja sendiri. Membatik kan nggak bisa pakai masker ya, karena cantingnya harus ditiup. Jadi saya benar-benar harus tegas pada mereka. Kalau biasanya mereka bergerombol, sekarang sudah tidak lagi. Saat jam istirahat, ada yang di musala, ada yang tetap berada di workshop,” kata istri Walikota Cilegon, ini.
PWW 2021 dilaksanakan secara Hybrid (Online dan offline) dari tanggal 20-24 September 2021 dan dalam skema PPKM dan protokol Kesehatan yang ketat. Professional Women’s Week (PWW) merupakan event yang bertujuan mendukung para wanita profesional di seluruh Indonesia menikmati kehidupan terbaiknya dengan mengoptimalkan kontribusi multi-perannya di kantor dan di rumah.
“Tema PWW tahun ini adalah #akuberdaya, sebuah tema sentral yang menjadi jiwa dari semua produk dan aktivitas NINA NUGROHO. Kami percaya, wanita Indonesia adalah individu yang berdaya dalam apapun peran yang dimainkannya. PWW adalah sebuah perayaan atas keberdayaan itu. Keberdayaan yang menjadi pondasi utama negeri ini, masa kini dan masa yang akan datang,” papar Nina Septiana.
Hastag #akuberdaya memiliki makna bahwa wanita pada dasarnya sudah memiliki daya dalam dirinya. Secara alami, wanita mampu memikul rasa sakit melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya. Wanita memiliki kemampuan multi-tasking serta keluasan hati yang tak ada ujungnya. Wanita adalah tonggak keluarga. Maka kami tidak menggunakan istilah ‘pemberdayaan’, melainkan ‘keberdayaan’. Wanita bukannya perlu diberdayakan, melainkan dilejitkan keberdayaannya. Itulah misi kami. Melalui gelaran PWW ini, mari bersama-sama kita luncurkan gerakan #akuberdaya.
PWW diselenggarakan dalam lima hari. Empat hari berturut-turut berupa event Charity Sale, Talk Show dan Sharing Online yang menghadirkan 12 (dua belas) pembicara nasional dan tokoh profesional, kemudian ditutup pada hari kelima dengan event offline Gala Luncheon, fashion show dan diskusi panel yang akan dihadiri oleh 50 (lima puluh) tokoh perempuan. Event ini akan diikuti oleh ribuan wanita Indonesia.