Cakraline.com. Tangerang- Pemerintah Tangerang sangat kehilangan atas kepergian ulama besar KH Edi Junaidi Nawawi untuk selama lamanya, yang meninggal sesaat setelah memberikan pengarahan dalam Rapat Kerja Daerah Majelis Ulama (MUI) Kota Tangerang, Rabu (15/09/2021) di Gedung MUI Kota Tangerang.
Demikian diungkapkan Wakil Walikota Tangerang H Sachrudin usai memberikan arahan Rapat Kerja Daerah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang, Rabu (15/09/2021) di Kantor MUI Kota Tangerang.
Ketua MUI Kota Tangerang KH Baijuri Khatib yang mendapat giliran memberikan sambutan pembukan Rakerda itu usai pengarahan dari almarhum KH Edi Junaedi Nawawi, tampak shock dan tidak sanggup meneruskan sambutannya. “Saya tak sanggup meneruskan pidato saya. Silakan Pak Wakil Walikota melanjutkan pengarahan,” ujarnya sambil turun dari mimbar.
Wakil Walikota Tangerang itu juga tampak sangat berduka. Dengan suara berat agak parau, dia buka pidato pembukaan itu dengan memanjatkan doa kepada Allah, agar ulama besar Tangerang itu tidak mengalami sakit serius dan tetap diberi umur panjang, karena keberadaan beliau sangat dibutuhkan umat. Namun, sebelum sampai di rumah sakit beliau sudah wafat.
Sosok almarhum di matanya adalah sebagai guru besar, sangat bersahaja dan pemersatu umat. Bahkan almarhum tidak hanya sebagai seorang kiai besar, tetapi juga sebagai pemikir pembangunan, karena pokok pokok pikirannya telah banyak memberikan warna dan kontribusi besar dalam pembangunan kota Tangerang.
“Pemerintah dan kita masyarakat Tangerang kehilangan tokoh/ulama besar. Saya udah catat amanat beliau yang disampai saat pengarahan tadi. Insya Allah menjadi perhatian pemerintah, terutama dalam hal pembinaan umat dan organisasi MUI,” ujar Sachrudin.
Dalam sambutan singkat Rakerda itu, Sachrudin menekankan bahwa peran ulama baik secara perorangan maupun organisasi (MUI) jauh lebih besar dari pemerintah, karena lebih didengar dan diikuti masyarakat.
“Posisi kerjasama umara (pemerintah) dengan ulama adalah paling efektif. Pemerintah tak bisa kerja sendirian bila tanpa dukungan ulama. Salah satu contoh dalam menghadapi covid19. Tanpa sosialisasi para ulama, masyarakat masih enggan untul divaksin,” papar Sachrudin.
Berkat peran ulama lanjut dia, maka saat ini, vaksin menjadi kebutuhan masyarakat untuk melindungi diri. Alhamdulillah kini masyarakat sudah berbondong bondong untuk divaksin, ujar Sachrudin lagi.
Akhirnya pecah juga
Sekuat kuat menahan, akhirnya tangis Walikota Tangerang Arief Wismansyah itu pun pecah juga seusai memberikan sambutan pelepasan jenazah dari Masjid Raya Al A’dhom Tangerang ke tempat peristirahatan terakhir KH Edi Junaedi Nawawi dibilangan kawasan pemakaman Enclek, Tangerang.
Dengan suara bergetar Walikota Arief Wismansyah menyampaikan rasa dukacita yang sangat dalam, karena almarhum adalah tempat bertanya. Tempat minta pendapat. Almarhum adalah juga sebagai penggagas pembangun masjid Al A’zham yang menjadi kebangaan masyarakat Tangerang.
“Atas nama pribadi dan pemerintah, saya memohon kepada Allah agar keluarga dan masyarakat yang ditinggalkan diberi kekuatan, keikhlasan dan kesabaran oleh Allah. Almarhum dijemput Allah di temapat dia mngabdi selama belasan tahun (di MUI_Red) dan dalam keadaan bertugas. Insya Allah Almarhun meninggal dalam keadaan syahid,” ujar Arief tersendat.
Usai dishalatkan oleh ribuan jamaah, almarhum juga ditahlilkan, dipimpin oleh Ketua MUI KH Baijuri Khatib dan didoakan oleh tiga orang kiai besar secara bergantian