Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Industri Pembangunan Mulyanto menyoroti evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 yang dilakukan pemerintah baru-baru ini, mengenai masalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan dan cenderung defisit.
Mulyanto mengatakan pemerintah perlu memperbaiki kondisi “transaksi berjalan” yang terus defisit, dengan cara menggenjot kinerja ekspor nasional. “Yang tak kalah penting dan menjadi hal dasar pembangunan ekonomi serta fokus jangka panjang yakni, perbaikan struktur ekonomi nasional”, ungkap Mulyanto di Jakarta, Senin (7/9/2019).
Salah satu elemen penting dalam struktur ekonomi nasional adalah industri. Industri itu menurut Mulyanto, semestinya menjadi “engine of growth”, mesin pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa baik domestik maupun orientasi ekspor.
“Kita saat ini sering menerima laporan terjadinya deindustrialisasi, dimana kontribusi sektor industri terhadap PDB terus anjlok sampai menjadi sekitar 20 persen”, ujar pria berkacamata ini.
Lebih lanjut Mulyanto menambahkan, kinerja sektor industri pernah mencapai angka melebihi 25 persen, dimana para ekonom menyebut sebagai deindustrialisasi dini, dimana sektor industri anjlok sebelum mencapai puncaknya.
“Menurut hemat saya, pemerintah perlu fokus pada industri sebagai “prime mover”. Lalu gerakkan industri kreatif, UMKM dan inovasi teknologi menjadi sumber-sumber pertumbuhan baru”, ujar dia.
PKS sendiri ungkap Mulyanto, dalam Platformnya mengusulkan agar pemerintah memperkokoh Sistem Inovasi Nasional, karena kejayaan sumber daya alam sudah lewat masanya dan pemerintah mengakui hal itu.
“Kita harus meningkatkan kemampuan SDM dalam inovasi teknologi, yang dilakukan bersamaan dengan hilirisasi industri dengan penuh kesabaran dan pemikiran jangka panjang. Jangan sporadis, tidak responsif, inkonsistensi, sprint jangka pendek serta perlu “Sistem Nasional”, yang kokoh,” ujar dia
Mulyanto menekankan, kalau kita hendak cepat lepas dari jebakan midle income trap, maka idealnya perimbukan eknomi nasional minimal delapan (8) persen. “Hitng-hunan para pakar dikisaran delapan persen,” papar dia.
Terkait dengan peluang peningkatan komoditi ekspor lanjut dia, pemerintah harus focus pada produk pengolahan berbasis sumber daya alam, misalnya dari sawit dan mineral; industri kreatif termasuk pariwisata. “Saya kira ini sangat penting,” pungkas dia.