Festival Cioko adalah tradisi masyarakat Tionghoa yang digelar setiap tanggal 15 bulan 7 dalam penanggalan lunar.

Perayaan ini juga dikenal sebagai Festival Hantu Kelaparan, sebuah ritual sembahyang dalam ajaran Khonghucu untuk mendoakan para arwah — baik arwah leluhur, sahabat, maupun arwah tanpa keluarga.
Upacara Cioko umumnya berlangsung di klenteng atau di lapangan terbuka. Dalam ajaran Khonghucu, ritual ini disebut sebagai Jing He Ping.
Kepercayaan masyarakat Tionghoa menyebut bahwa pada bulan ke-7, pintu alam baka terbuka sehingga para arwah dan hantu dapat bebas berkelana di dunia manusia selama satu bulan penuh.
Karena itu, sepanjang bulan hantu, masyarakat Tionghoa biasanya lebih berhati-hati. Mereka menghindari aktivitas seperti membuka usaha baru, menikah, atau bepergian jauh, karena dianggap kurang membawa keberuntungan.
Sebagai puncak perayaan, warga menggelar sembahyang dan persembahan pada pertengahan bulan ke-7. Ritual yang juga dikenal sebagai sembahyang rebut atau Cioko ini menjadi bentuk penghormatan dan penghantaran doa bagi para arwah.
Sejumlah warga keturunan Tionghoa juga melakukan tradisi membakar perahu naga di Vihara Dharma Sakti, Glodok, Jakarta Barat, Sabtu (6/9/2025). Foto: Dudut Suhendra Putra