Subuh belum berlalu ketika kereta api (KA) Harina dari Surabaya memasuki Stasiun Bandung. Turun dari KA sebagian penumpang menunaikan salat Subuh di musalla stasiun. Termasuk, rombongan alumni Jamaah Umroh the Power of Silaturahim (POS) III dan II dari Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Mereka datang ke Bandung untuk menyambung tali silaturahim dengan sesama anggota POS III di Bandung, Sukabumi, Bogor, dan Depok.
Di luar stasiun sudah menunggu bus Seskoad (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat). Danseskoad Mayjen TNI Kurnia Dewantara dan pemrakarsa sekaligus penyandang dana Jamaah Umroh POS, Dr Aqua Dwipayana, sebelumnya memang sudah sepakat mendukung penuh muhibah silaturahim tersebut.
Apalagi, tuan rumah silaturahim di Bandung, Mayor Mujiono, kebetulan menjabat sebagai Wadan Denma (Wakil Komandan Detasemen Markas) Seskoad. Pak Muji –panggilan Mayor Mujiono—dan istrinya, Bu Martiani, merupakan alumn jamaah POS III.
Dengan kawalan Pak Muji, bus membawa rombongan ke mess Seskoad. Di situ rombongan bermalam selama di Bandung.
Setelah hampir 12 jam duduk di KA, beberapa teman langsung rebahan di ranjang kala tiba di mess. Beberapa lainnya menikmati suasana mess yang tenang. Bikin teh panas, kopi, dan menyantap makanan ringan yang sudah disiapkan. Sementara Pak Muji kembali ke rumahnya yang berada di kompleks Seskoad tersebut untuk menyiapkan makan pagi bagi rombongan.
Tak lama kemudian Pak Muji kembali ke mess naik sepeda engkol. Dia sudah rapi dengan pakaian dinas, lengkap dengan baret hijaunya. ’’Komandan mau ke sini,’’ ujarnya. Haaah?? Padahal semua belum mandi. Masih mengenakan baju lusuh yang dipakai di perjalanan.
Belum sempat siap-siap, Danseskoad Mayjen TNI Kurnia Dewantara sudah muncul bersama ajudannya, naik sepeda engkol. Berpakaian dinas, membawa tongkat komando. ’’Selamat pagi, selamat datang di mess Seskoad,’’ katanya ramah sambil menyalami rombongan.
Danseskoad yang merupakan teman akrab Mas Aqua itu mempersilakan rombongan memakai fasilitas mess. Dia minta maaf tidak bisa ngobrol panjang karena bersiap menerima kunjungan Menko Kelautan Luhut Binsar Panjaitan.
Sebelum meninggalkan mess, Danseskoad bersedia melayani permintaan foto bersama rombongan belum mandi itu. Bahkan, Ahmad Sukmana, POS II dari Malang, minta foto berdua. ‘’Wah..rupanya mau kampanye ini,’’ kelakar Danseskoad. ‘’Ya Pak, mau maju pemilihan lurah,’’ sahut yang lain. Tawa pun berderai.
Danseskoad lantas melanjutkan keliling kompleks dengan sepeda engkol. ‘’’Saya suka naik sepeda di kompleks. Tampil apa adanya, jadi diri sendiri, tanpa jaga imej apa-apa,’’ katanya.
Bukan hanya mess yang disiapkan Danseskoad. Tapi juga bus untuk keliling Bandung dan sekitarnya. Bus bahkan mengantar ke Sukabumi, Bogor, sampai Jakarta. Rombongan juga diundang makan malam di restoran, diajak keliling kantornya, termasuk ruang kerjanya.
Pertemuan singkat itu berlangsung gayeng, cair, dan akrab. Rombongan sama sekali tidak menyangka bakal disambut secara pribadi, dikunjungi, bahkan diajak ke ruang kerja oleh Jenderal bintang dua tersebut. Hari itu rombongan mendapatkan keteladanan tentang kerendahan hati, kebersahajaan sikap yang jauh dari kepura-puraan.
’’Saya memang Jenderal. Tapi, saya tetap Kurnia Dewantara, rakyat biasa. Jadi, saya mengundang bapak, ibu jamaah umroh POS III dan II bukan karena Jenderal, tapi sebagai selama manusia,’’ paparnya.
Kurnia Dewantara bahkan merasa mendapatkan kehormatan dikunjungi alumni POS III dan II. ’’Saya kagum pada jamaah ini. Meski umrohnya sudah lama berlalu, tapi silaturahim jalan terus,’’ katanya.
Ketika rombongan pamit melanjutkan muhibah ke Sukabumi, masing-masing mendapatkan sekotak gede oleh-oleh khas Bandung dari Danseskoad. Semuanya kaget campur senang karena sama sekali tidak menyangka mendapat layanan istimewa plus oleh2 yg banyak sekali dari Kurnia Dewantara.
*Bermalam di Rumah Keluarga Kurnia Dewantara*
Tuan rumah di Sukabumi adalah Yani Suryani Rustandi dan suaminya, Ahmad Sudrajat, alumni Jamaah POS III. Teh Yani –panggilan akrab Yani Suryani—adalah adik kandung Danseskoad Mayjen TNI Kurnia Dewantara. Rombongan bermalam di rumah keluarga Kurnia Dewantara yang mampu menampung sekitar 25 orang.
Setelah makan siang antara lain dengan menu khas Sunda –nasi liwet teri Medan, semur jengkol, pepes peda, dan lalapan—rombongan diajak ke tempat rekreasi baru di Sukabumi, Jembatan Gantung.
Selain silaturahim dengan Teh Yani dan Kang Ajat –panggilan Ahmad Sudrajat—rombongan juga sowan pada ibu kandung Teh Yani, Hj Tartiah binti Ninit Sastrawiguna.
Perempuan sepuh itu tetap sehat di usia 89 tahun. Hanya pendengarannya yang berkurang. ‘’’Beliau bisa baca tanpa kacamata, bisa WA. Ya…itu hiburannya sekarang,’’ kata Kurnia di Bandung.
Nenek Tartiah merasa senang dikunjungi. Dengan ramah dan sabar dia melayani semua tamu. ‘’’Alhamdulillah saya tidak pernah sakit serius,’’ katanya.
Keramahan, kesabaran, dan kelembutan itu tampaknya menurun pada anak-anaknya. ‘’’Kalau ke Sukabumi mampir, bermalam di sini,’’ pintanya.
Ketika pamit ke Bogor, ibu yang telah melahirkan delapan anak itu melepas rombongan sampai ke halaman rumah.
Lagi- lagi rombongan mendapat bingkisan oleh-oleh. Kali ini khas Sukabumi, dari Teh Yani.
Dalam perjalanan menuju Bogor, rombongan menyempatkan ziarah ke makam ayahanda Teh Yani, H Machyar Rustandi, di Taman Makam Pahlawan Surja Kencana, Sukabumi.*
*Penulis adalah wartawan senior yang mendapat amanah sebagai Wakil Ketua rombongan umroh The Power of Silaturahim (POS) III 2019.*