“Bapak hari ini juga kembali ke Jakarta. Ngga nginap di Singapura,” sapa pramugari Lion Air JT 151 Selly Afrilia ramah saat saya masuk ke pesawat Boeing 737-800NG tersebut malam ini sekitar pukul 19.35 di Changi Airport Singapura.
Tadi siang sekitar pukul 11.30 saya naik pesawat yg sama dari Bandara Soetta Tangerang ke Singapura. Beliau salah satu pramugarinya. Hafal karena saya duduk di kursi paling depan dekat gang no 2D. Pulangnya dengan pesawat yang sama dan di tempat duduk serupa.
Setiap naik pesawat kursi di barisan paling depan dekat gang adalah favorit saya. Alasannya sederhana, mudah kalau mau ke toilet dan lebih cepat saat keluar dari pesawat.
Sementara Kepala Awak kabinnya Indra Yulianto berucap, “Bapak sebentar sekali di Singapura. Kita barengan lagi seperti berangkatnya.”
Saya sekitar 5,5 jam di Singapura. Mendarat di Changi pukul 14.30 dan meninggalkan Bandara itu pukul 20.00. Semuanya waktu Singapura.
Satu-satunya agenda saya di Singapura adalah membesuk pendiri dan pemilik _main dealer_ Suzuki mobil dan motor di Kaltim dan Kaltara Samekarindo Indah, Rudy Suardana. Sejak 4 Oktober 2019 lalu Bapak dari Ventje Suardana, yang merupakan teman akrab saya, untuk kesekian kalinya dirawat di Rumah sakit Mount Elizabeth Singapura.
Selasa ke Riau-Sumbar Bersama Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo
Dari Surabaya Rudy dibawa naik ambulance udara (pesawat terbang khusus) dalam kondisi tidak sadarkan diri. Begitu tiba di Singapura langsung dimasukkan ke ICU. Sekitar 8 hari di sana baru dipindahkan ke kamar.
Jadwal saya lumayan padat sehingga baru hari ini bisa membesuk Rudy. Itupun hanya sebentar, 5,5 jam karena Selasa besok pagi sampai Kamis (5-7/11/2019) saya ikut kunjungan kerja Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo ke Riau dan Sumatera Barat (Sumbar).
Selama di Singapura uang saya ngga laku, meski saya sudah menyiapkan sejumlah dollar Singapura. Kenapa ? Karena saya dijemput di Bandara Changi Singapura dan diantar lagi ke tempat yang sama oleh Lim Her Chye. Beliau adalah Kepala Perwakilan Grup Samekarindo Indah di Singapura yang membantu Rudy sejak tahun 80-an.
“Pak Aqua, sejak saya belajar di Amerika tahun 1980 Pak Lim sudah membantu Ayah saya. Namun saya tidak tahu persis kapan beliau gabung di perusahaan kami,” ujar Ventje sambil mengapresiasi loyalitas Lim.
Minggu sore kemarin (3/11/2019) saat saya info ke Ventje bahwa saya akan ke Singapura untuk membesuk Ayahnya, Dirut Duta Anggada Realty itu spontan mengatakan akan minta Lim jemput saya di Changi. Padahal sudah saya sampaikan mau naik taksi saja dari Changi ke rumah sakit.
“Pak Aqua tidak usah naik taksi. Saya akan minta Lim jemput Bapak. Beliau sekarang di dekat saya. Langsung saya sampaikan ke dia. Tolong dikirimkan tiket pesawat Pak Aqua,” kata Ventje.
Tadi begitu ketemu Lim, saya langsung ditawari makan siang. Karena di pesawat sudah makan Pop Mie sehingga tawarannya saya tolak. Saya sampai agar langsung ke rumah sakit saja.
Perjalanan dari Changi ke rumah sakit sekitar 45 menit. Agak tersendat karena ada kecelakaan mobil di jalan. Selama berkali2 ke negara tetangga itu jarang sekali saya melihat kecelakaan di jalan raya. Para pengguna jalan tertib. Mereka sadar kamera CCTV terpasang di berbagai tempat tersembunyi.
Begitu memasuki kamar 8220 tempat Rudy dirawat, saya ketemu adik ipar Ventje, Sylvie Andy yg menjaga Rudy bersama dua perawat dari Surabaya, Munir dan Mamat. Sementara Rudy sedang istirahat.
Sangat Bersyukur Rudy lebih Sehat
Saya sangat bersyukur dan senang sekali melihat kondisi Rudy yang lebih sehat dibandingkan saat dirawat di rumah sakit National Hospital Surabaya. Waktu itu saya beberapa kali membesuk Rudy.
Begitu Rudy bangun, saya salam dan cium tangannya. Itu sebagai wujud penghargaan kepada Rudy yang saya anggap sudah seperti orangtua sendiri.
Saya hanya sekitar 1,5 jam di kamar itu. Kemudian memenuhi ajakan Sylvie dan Lim untuk makan di resto Tambuah Mas di Mall Paragon yang letaknya persis di depan rumah sakit.
“Sebelum Pak Aqua ke Changi, kita makan dulu ya di depan,” ajak Sylvie.
Saya memilih menu gulai Kepala ikan untuk dimakan bersama-sama. Itu adalah menu favorit saya. Sedangkan Sylvie memesan sayur kangkung belacan dan udang yang disambal. Semua makanannya enak.
Sekitar 45 menit kami di sana sambil ngobrol-ngobrol terutama yang terkait dengan kesehatan Rudy. Malam ini rencananya suami Sylvie, Andy Anantaputra Suardana akan tiba di Singapura.
Sylvie yang membayar makanannya. Beliau sekaligus pesan 2 bungkus nasi dan ayam goreng untuk Munir dan Mamat.
Sekitar 5,5 jam di Singapura saya bisa menjenguk Rudy dan uang dollar Singapura yang saya bawa dari Jakarta utuh. Alhamdulillah…
Sesaat setelah mendarat di Bandara Soetta Tangerang dari Singapura dan melanjutkan silaturahim dengan Ventje di hotel Mercure Cikini Jakarta miliknya. Saya ucapkan selamat mengalokasikan waktu menghibur orang-orang yang sedang sakit dan susah.