Di film Air Mata Mualaf, aktris Acha Septiasa menjadi salah satu film yang paling emosional di sepanjang karirnya. Acha Septriasa pun merasa terkoneksi dengan karakter Anggie, karena memahami sulitnya tinggal diluar negeri.

Air Mata Mualaf, bukan sekadar film tentang perpindahan keyakinan, ini adalah cerita tentang seorang perempuan yang memilih jalan sendiri, toleransi bahwa keyakinan adalah sebuah pilihan. Kisah dalam film ini terinspirasi dari kisah nyata seorang wanita Indonesia di Australia, yang menemukan hidayah ditenggah hidup yang kelam.
“ Anggie adalah sosok yang memilih, tanpa membenci, melangkah tanpa marah. Dia tahu apa yang ia rasakan sebagai kebenaran, tetapi juga mencintai keluarganya dengan sangat dalam. Peran ini mengingatkan saya bahwa memilih jalan sendiri bukan tindakan meninggalkan, tetapi keberanian untuk jujur pada diri sendiri, “ ucap acha Septria, dikawasan Kuningan, Selatan, Rabu (19/11/2025).
Kisah Anggie disajikan dengan nuansa yang lembut, namun penuh intensitas, pencarian jati diri dengan dinamika takut kehilangan keluarga. Bukan pelarian seseorang yang sedang marah dan tersesat dalam hidupnya
“ Ini bukan seseorang yang tiba-tiba berubah. Ia perempuan yang berproses, terluka, bertanya, marah, lalu tenang. Di titik itulah ia menemukan bahwa terkadang jalan hidup kita datang sebagai bisikan, bukan keputusan.” kata Acha.
Di titik ini, konflik keluarga semakin mengemuka. Sang ibu, yang diperankan dengan kelembutan dan luka oleh Dewi Irawan, tampak berada di persimpangan antara menerimadan menahan. Di satu sisi ia adalah ibu yang ingin memeluk anaknya sepenuh hati; di sisi lain, ia juga manusia yang takut kehilangan tradisi, takut kehilangan bagian dari dirinya sendiri.
Reaksinya bukan kemarahan, tapi kegamangan seorang ibu yang tidak pernah siap ditinggalkan oleh pilihan anaknya. “Karaktar Anggie menenukan keimanan, jauh dari keluarga karena itu sebuah pilihan hidup,” ucap Acha Septriasa.
Sutradara Indra Gunawan, mengatakan, “Kadang orang melihat hidayah sebagai pilihan. Tapi terkadang, pilihan itu bukan datang dari manusia, melainkan dari Yang Maha Kuasa yang menghadiahkannya. Di luar kehendak kita, di luar kondisi kita. Dan ketika itu datang, manusia hanya bisa mencoba memahami.” kata Indra Gunawan.
Air Mata Mualaf memperlihatkan bahwa pencarian spiritual seseorang sering kali tidak bisa dijelaskan dengan logika keluarga, tidak bisa diukur dengan tradisi, dan tidak bisa ditunda hanya karena orang lain belum siap menerima. Kadang seseorang tidakmemilih jalannya sendiri, tetapi justru dipilih oleh jalan itu. Kadang seseorang tidak mencarihidayah, tetapi hidayah diam-diam menghampiri, di waktu, tempat, dan kondisi yang tidak pernah direncanakan.





