Cakraline.com – Berusahalah agar hati bapak tetap bersih. Dengan begitu semua keputusan yang diambil menggunakan hati nurani. Yakini bahwa itu adalah yang terbaik karena merupakan “suara” TUHAN. Selalulah mengutamakan profesionalisme.
Jangan takut jika sewaktu-waktu diberhentikan dari jabatan yang sekarang untuk memperjuangkan kebenaran. Kepuasan batin adalah segala-galanya dan harus diperjuangkan._
Itulah pesan yang Kamis tadi siang (2/7/2020) saya sampaikan kepada seorang teman saya yang menjabat direktur utama (dirut) di salah satu badan usaha milik negara (BUMN) besar di Indonesia. Itu sengaja saya utarakan agar beliau tidak ragu-ragu untuk memutuskan sesuatu terutama yang terkait dengan “hidup mati” perusahaan yang dipimpinnya.
Saat saya sedang silaturahim ke teman-teman di Padang, Sumatera Barat, tiba-tiba beliau kirim WA. Menanyakan posisi saya. Jika saya sedang di Jakarta, mengajak ketemu hari ini.
Sebelumnya saya beberapa kali minta waktu untuk ketemu. Sengaja saya melakukan itu karena ingin diskusi terutama yang sedang terjadi di perusahaan yang dipimpinnya. Sekaligus mau menyampaikan beberapa masukan dan memberi penguatan kepadanya.
Beliau sibuk sekali dengan berbagai masalah di internal dan eksternal perusahaannya, sehingga kami belum sempat ketemu. Saya sangat memaklumi hal itu.
*Jangan “Melanggar” Ketentuan Untuk Memuaskan Sebagian Pemegang Saham*
Setelah menerima WA-nya saya langsung telefon. Ternyata beliau sedang santai sehingga kami bisa ngobrol lama dan rileks.
Saat bicara saya memberikan penguatan-penguatan kepadanya. “Selama ini bapak dikenal sebagai orang yang sangat baik, sehingga TUHAN memberikan yang terbaik. Ini juga cara TUHAN agar bapak “naik kelas”. Yakinlah ada solusi atas semua masalah yang sedang terjadi di perusahaan bapak,” kata saya.
Sebagai profesional, lanjut saya, agar menuntaskan semua masalah dengan aturan-aturan yang ada. Jangan “melanggar” ketentuan apalagi untuk memuaskan sebagian pemegang saham. Risiko dan konsekuensinya berat terutama buat dirut sebagai pemimpin.
“Nama baik itu yang utama dan segala-galanya. Lebih baik diberhentikan dari jabatan sebagai dirut dengan tetap memiliki nama baik daripada bertahan di posisi yang sekarang namun keputusan melawan nurani sendiri. Apa enaknya hidup dan menjabat jika seperti itu. Semuanya semu dan “bom” waktu,” tambah saya.
Tidak perlu khawatir kehilangan pekerjaan karena TUHAN sudah memutuskan semuanya sekitar 50 ribu tahun sebelum alam semesta ini diciptakan. Terpenting berusaha secara optimal hatinya selalu bersih, komunikasinya baik dengan semua orang, dan berpikir positif.
“Pak Aqua, saya profesional dan tidak pernah sekalipun minta jabatan. Bagi saya minta-minta itu pantangan besar dan menyangkut harga diri. Dicopot hari ini juga saya siap. Bisa kumpul sama keluarga dan momong cucu,” tegas dirut itu.
Sambil guyon saya katakan jika beliau diberhentikan saat ini belum tentu ada orang yang mau menggantikannya. Apalagi kondisi perusahaannya sedang “berdarah-darah” dan harus masuk “ICU”. Kalau perusahaannya milik swasta saya yakin sudah bangkrut atau dipailitkan oleh mitra-mitra yang hutang-hutangnya belum dibayar sampai sekarang.
Beliau mendapat amanah jadi dirut di perusahaan itu dalam kondisi minus. Tidak hanya keuangan tetapi juga citra dan reputasinya. Terperosok dalam karena dirut yang lama yang digantikannya sangat tidak amanah.
“Kalau bapak bisa memajukan kinerja perusahaan yang bapak pimpin dari minus ke nol sudah bagus sekali. Pasti pemegang saham dan masyarakat sangat mengapresiasi bapak,” ujar saya.
*Bisnis Suram, Kewajiban Pada Pihak Ketiga Mencapai Triliunan Rupiah*
Kemudian kami mendiskusikan secara mendalam tentang perusahaannya. Kewajiban pada pihak ketiga nilainya mencapai triliunan rupiah.
Di sisi lain bisnis utama perusahaannya sedang suram. Itu dampak dari pandemi Covid-19. Meski pemerintah lewat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipimpin Letjen TNI Doni Monardo sudah melonggarkan beberapa sektor ekonomi tapi kemajuannya belum signifikan. Entah sampai kapan kondisi ini terjadi. Tidak ada seorangpun yang tahu. Hanya sebatas prediksi saja.
Setelah kami ngobrol lama dengan satu topik tentang kinerja perusahaannya, kami janji ketemu jika sudah sama-sama tidak sibuk. Waktunya belum diputuskan.
“Dalam kondisi sekarang ini banyak teman yang menghibur saya termasuk Pak Aqua. Hal tersebut membuat saya tambah semangat untuk berbuat optimal memajukan perusahaan yang saya pimpin. Hasilnya sepenuhnya saya serahkan kepada TUHAN,” pungkas sang dirut dengan penuh optimisme.