Cakraline.com. Pontianak – Televisi di rumah itu terus menyala. Sejak pagi keluarga dan handai tolan meriung di ruang tengah menonton berita tentang hilangnya pesawat Sriwijaya SJ-182. Sampai kemarin belum ada kabar pasti soal Ihsan Adhlan Hakim (33) beserta istrinya Putri Wahyuni (25).
Pasangan suami istri yang baru menikah pada Maret 2020 lalu itu merupakan penumpang pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak. Sejak keduanya dikabarkan hilang dan putus kontak pada Sabtu (9/1), keluarga hanya menunggu kabar dari televisi.
Dari Sabtu (9/1) malam, para kerabat dan teman-teman Een sapaan Ihsan, silih berganti bedatangan ke rumahnya di Gang Ikrar, Jalan Tabrani Ahmad, Kota Pontianak. Mereka datang untuk memastikan kabar Een beserta istri sekaligus mendoakan agar keduanya baik-baik saja.
Ayah Een, Nasir menceritakan rencana kedatangan anak ketiganya tersebut dalam rangka melaksanakan resepsi pernikahan. Kebetulan Een dan istrinya sudah menikah pada 7 Maret 2020 lalu di Pekanbaru, Riau, kampung halaman sang istri. Kemudian di tanggal 16 Januari 2021 nanti, rencananya kembali digelar respsi atau dikenal dengan istilah ngunduh mantu di Kota Pontianak.
Sambil menahan haru Nasir mengatakan segala persiapan untuk resepsi di tanggal 16 nanti sudah cukup siap. Gedung resepsi di Pontianak Convention Center (PCC) juga sudah dipesan dan sudah mendapat izin. Bisa dikatakan 90 persen sudah siap. Termasuk sebagian undangan juga sudah disebar.
“Jadi mau resepsi pernikahan, kalau orang Pontianak bilang ‘morola’,” ungkap sang ayah saat ditemui di kediamannya.
Dilansir dari Pontianak Pos, rencana resepsi pernikahan Een dan istri di Pontianak memang sempat beberapa kali berubah karena pandemi Covid-19. Awalnya dijadwalkan pada 18 April 2020, karena saat itu masih awal pandemi acara diundur ke bulan Juli 2020.
Rencana di bulan Juli juga akhirnya mundur ke tanggal 16 Januari 2021. “Jadi Sabtu depan, Ihsan dan istri ini ke Pontianak dalam rangka itu,” ceritanya.
Mengenai keberangkatan anak laki-laki dan istrinya itu ke Pontianak juga sebenarnya sempat berubah. Awalnya direncanakan datang pada Minggu (10/1), itu karena, baru istri Ihsan yang mendapat surat keterangan negatif tes usap (swab) PCR. Sementara Een sendiri belum dapat. Namun tak sampai di situ, Een mencari tempat tes PCR lain hingga akhirnya dapat dan ia bisa pulang ke Pontianak lebih awal di hari Sabtu (9/1).
“Setelah PCR dapat dia langsung berangkat Sabtu, pesan (tiket pesawat) Nam Air pesawat pagi jam 07.00 WIB, Sabtu tanggal sembilan,” ungkap Nasir.
Lebih lanjut menurut Nasir, sesampainya di bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, anak dan menantunya itu mendapat informasi bahwa pesawat tersebut delay atau ditunda keberangkatannya hingga pukul 13.20 WIB.
“Jadi dia dari pagi sudah nunggu di bandara, sambil nunggu itu ternyata masih delay lagi sampai dengan pukul 14.00 WIB baru naik pesawat. Pas dia naik pesawat itu, sudah dalam pesawat dia telpon adiknya minta jemput,” terangnya.
Tidak ada yang menyangka bahwa ternyata itulah komunikasi terakhir Een dengan keluarga. Sampai pada pukul 15.00 WIB kurang, sang adik berangkat ke bandara Internasional Supadio untuk menjemput. “Sampai di bandara dia nunggu, ditelpon lost (tidak nyambung), karena di pesawat kan tidak boleh dibuka HP kan, mungkin masih di atas (terbang) pikir hati begitu,” katanya.
Setelah itu sekitar pukul 16.00 WIB, setelah salat ashar Nasir pergi ke pintu kedatangan domestik Bandara Supadio. Ia bertanya kepada petugas yang berjaga mengenai kabar kedatangan pesawat Nam Air dari Jakarta.
“Petugas bilang, Nam Air tidak ada yang dari Jakarta Pak, yang ada Sriwijaya, saya cek oh benar Sriwijaya SJ182, tiketnya kan diposting ke saya, saya lihat di situ benar,” paparnya.
Dari keterangan di sana, jadwal keberangkatan untuk pesawat tersebut ditunda. Setelah itu berkali-kali Nasir kembali bertanya ke petugas namun belum ada jawaban pasti. Sampai di bandara mulai berdatangan kerabat-kerabat dari penumpang yang lain juga menanyakan hal yang sama.
“Lalu dia (kerabat penumpang yang lain) buka google maps (aplikasi radar), sekitar lima menitan dari pesawat take off, sampai ke titik tertentu pesawat berhenti, itu yang dikatakan lost kontak di situ,” ujarnya.
Mendapat informasi demikian Nasir pun bingung. Ia akhirnya memutuskan menunggu di mobil, namun anak bungsunya masih menunggu informasi di bandara. Sampai kemudian di waktu magrib, besannya yang di Pekanbaru menanyakan soal anaknya dan Ihsan. Karena tidak berani berspekulasi Nasir hanya menjawab belum sampai dan siap memberikan kabar ketika Ihsan dan istri sampai.
Bakda magrib ia pun mendapat informasi dari petugas di bandara bahwa keluarga penumpang pesawat Sriwijaya SJ182 diminta berkumpul di Polsek Bandara. Sampai malam ditunggu, pihak terkait di Bandara Supadio menurutnya belum berani memberikan keterangan pasti mengenai nasib para penumpang pesawat tersebut.
“Katanya belum karena masih menunggu informasi dari Jakarta, saya pun pulang hanya meninggalkan nomor HP, anak saya masih nunggu di sana,” ucapnya.
Sampai Minggu (10/1), pihak maskapai menurutnya sudah memberikan kepastian bahwa pesawat tersebut memang jatuh. Hanya saja soal korban belum bisa dipastikan karena masih dilaksanakan pencarian. “Tadi (kemarin) siang saya sudah tes DNA, sudah memberikan informasi lengkap,” katanya.
Dengan adanya musibah ini, Nasir yakin kematian merupakan kehendak Allah SWT. Ia berdoa semoga ada keajaiban dan anaknya masih hidup. Jika pun tidak atau dinyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan ini ia menyatakan sudah ikhlas.
“Kami hanya bisa mendoakan semua korban, khususnya anak saya diampunkan dosanya, mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Saya juga minta tolong doanya supaya saya diberi kekuatan lahir batin,” pungkasnya.
Salah satu tetangga korban, Manisa, turut sedih mendengar kabar yang menimpa Een. Meski jarang berbicara langsung dengan Een karena memang kebanyakan tinggal di Jakarta, Manisa menilai anak ketiga dari empat bersaudara itu sangat ramah. Ia selalu sopan dan menegur ketika lewat di depan rumah tetangganya.
Selain itu Een juga dikenal sebagai sosok yang baik hati. Di awal pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, Een banyak membantu tetangga yang kesusahan. Termasuk dirinya yang mendapat bantuan berupa uang tunai, beras, mie instan dan lain sebagainya.
“Kasihan, saya tidak menyangka Een ternyata ada di pesawat (yang jatuh) itu. Tahunya tadi pagi, setelah lihat ramai (di rumah korban),” ucapnya.(Bar)