Sutradara, Angga Dwimas Sasongko, pendiri Visnema Picture, mengumumkan proyek film terbarunya berjudul Perang Jawa, sebuah film epik sejarah yang akan mengangkat perjuangan Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme Belanda pada abad ke-19. Film ini disebut sebagai proyek paling ambisius dalam sejarah rumah produksi tersebut.

Angga Dwimas Sasongko, menyebut Perang Jawa dirancang sebagai produksi independen tanpa keterlibatan Kementerian Kebudayaan. “Film ini sepenuhnya independen, dikerjakan oleh Visinema dan Endgame,” ujar Angga dalam konferensi pers di Plaza Senayan, Jakarta, Senin, 21 Juli 2025.
Pengumuman ini bertepatan dengan peringatan 200 tahun dimulainya Perang Diponegoro, salah satu peristiwa paling berdarah dalam sejarah perlawanan anti-kolonial di Asia Tenggara yang pecah pada 20 Juli 1825. Kala itu, pemerintah kolonial Hindia Belanda membangun jalan di atas tanah leluhur Diponegoro, yang memicu pecahnya konflik berkepanjangan.
Menurut Angga, Perang Jawa akan mengusung pendekatan sinematik yang berbeda, dengan skala epik, pembangunan dunia (world-building) yang megah, serta gaya visual dan narasi yang menggugah. “Kami ingin menciptakan pengalaman sinema yang membuat penonton merasakan intensitas perang melalui perspektif khas Indonesia,” katanya.
Film ini diproduseri oleh Taufan Adryan dan akan ditulis oleh penulis pemenang Piala Citra, Ifan Ismail. Visinema juga menggandeng sejarawan terkemuka Peter Carey sebagai konsultan sejarah. Carey adalah penulis The Power of Prophecy, buku rujukan utama soal Diponegoro yang ditulis berdasarkan riset selama lebih dari empat dekade.
“Perang Diponegoro adalah titik balik kesadaran anti-kolonial di Asia Tenggara. Melalui film, kita bisa menghidupkan kembali semangat seorang pemimpin spiritual yang juga panglima perang,” ujar Carey dalam pernyataan tertulis.
Gagasan pembuatan film ini pertama kali diinisiasi oleh Gita Wirjawan, mantan Menteri Perdagangan dan produser eksekutif tayangan Endgame. Ia juga turut menjadi produser eksekutif Perang Jawa. “Diponegoro tidak berjuang untuk tahta, tetapi untuk keyakinan, harga diri, dan warisan budaya,” kata Gita. “Kisah ini layak ditampilkan ke dunia dalam format yang epik.”
Di saat bersamaan, Kementerian Kebudayaan mengumumkan rencana produksi film tentang Pangeran Diponegoro dalam rangka perayaan dua abad Perang Jawa. Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut bahwa film menjadi medium budaya paling utuh dan penting untuk melestarikan sejarah nasional.
“Kami akan coba buat film tentang beliau yang lebih besar dan dramatis,” ujar Fadli dalam acara peringatan di Perpustakaan Nasional, Minggu, 20 Juli 2025. Proyek Kementerian disebut akan merujuk pada film legendaris November 1828 karya Teguh Karya yang dirilis pada 1979.
Meski mengangkat tema yang sama, Angga memastikan Perang Jawa versi Visinema bukan bagian dari proyek negara. “Ini bukan film dokumenter. Ini adalah film sejarah dengan visi sinematik kami sendiri,” ujarnya.
Setelah kesuksesan Jumbo, film animasi terlaris sepanjang sejarah Indonesia, serta film aksi 13 Bom di Jakarta dan Mencuri Raden Saleh, Perang Jawa akan menjadi batu loncatan baru Visinema dalam membentuk lanskap sinema Indonesia. Film ini dijadwalkan mulai produksi pada 2027





