Cakraline.com. Denpasar-Peranti genggam (gadget atrau gawai) yang setiap hari kita gunakan harus kita optimalkan pemanfaatannya sebagai sarana yang ampuh untuk melawan hoaks dan melawan konten negatif di ruang sosial kita.
“Kalau dahulu kita berjuang dengan bambu runcing, sekarang gadget kita adalah alat perjuangan dalam membangun desa kita dan mendorong Bali bangkit ” demikian ditegaskan Staf Bidang Komunikasi Sosial Poitik dan Masyarakat (Komsospolmas) Tim Komunikasi Publik Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Savero “Ero” Karamiveta Dwipayana pada workshop komunikasi dan literasi digital bertajuk “Desa Melek Digital” di Desa Panda Gede, Tabanan, Bali, Kamis (27/5/2021).
Menurut mahasiswa Berprestasi Bidang Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat tersebut, hoaks merupakan suatu konten informasi tidak benar yang seakan-akan informasi itu benar menurut asumsi penerimanya. Sedangkan, disinformasi adalah penyimpangan informasi yang sama sekali tidak ada fakta/kebenaran yang dilakukan secara sengaja oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Hoaks dan disinformasi tidak hanya menjadi musuh masyarakat tetapi juga bagi negara. Pada level masyarakat, hoaks dapat membuat perselisihan antar individu atas perbedaan asumsi baik di dunia online dan nyata. Sedangkan di level negara, hoaks akan menimbulkan kekacauan stabilitas sosial-politik dan ketertiban sosial, serta merusak wibawa pemerintah. Inilah yang harus kita sadari,” kata Ero menegaskan.
Pada konteks inilah, putra bungsu Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana itu menegaskan bahwa kolaborasi dan sinergi semua elemen masyarakat menjadi kunci penting mengantisipasi maraknya informasi palsu atau hoaks, khususnya yang terkait dengan Covid-19.
“Maraknya hoaks dapat membuat orang menjadi tidak percaya ada dan bahayanya COVID-19, menjadi tidak patuh protokol kesehatan dan hingga menolak vaksinasi. Semua komponen masyarakat harus bahu-membahu bersinergi membangun kesadaran bersama,” ungkapnya.
Ia menyatakan, pemerintah tidak bisa berjalan sendirian karena saat ini teknologi telah memungkinkan masyarakat secara keseluruhan untuk mengambil alih proses produksi informasi. “Jadi, tanpa keterlibatan semua kalangan, maka upaya meredam hoaks hanya akan seperti menggantang asap,” ungkap anak muda yang sudah terbiasa aktif dalam berbagai kegiatan sosial tersebut.
Workshop yang diikuti puluhan warga masyarakat di desa tersebut ini dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi siang, peserta adalah khusus bagi pengurus desa dan banjar setempat, bertempat di Kantor Desa Panda Gede. Adapun sesi malam, dihadiri oleh sekitar 20 pegiat usia muda /remaja, bertempat di Little Spoon Farm.
Pada setiap sesi tersebut, Savero Dwipayana yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial itu juga mengingatkan bahwa peranti genggam (gadget atrau gawai) yang setiap hari kita gunakan, adalah sarana yang ampuh untuk melawan hoaks dan melawan konten negatif.
“Kalau dahulu kita berjuang dengan bambu runcing, sekarang gadget kita adalah alat perjuangan dalam membangun desa kita dan mendorong Bali bangkit” tegasnya.
Mahasiswa semester VIII Fikom Unpad ini mengingatkan pula kepada peserta, tentang pentingnya menjaga privasi, memastikan keamanan gadget serta selalu melakukan verifikasi dan konfirmasi atas informasi yang diterima dan/atau akan diteruskan ke pihak lain. Internet pun dapat digunakan untuk melakukan promosi pariwisata dan melakukan pemasaran produk-produk UMKM.
“Teknologi digital telah menjadi kebutuhan masyarakat yang tak terpisahkan dewasa ini, baik untuk berkomunikasi antar kawan hingga pemberdayaan UMKM online, termasuk untuk belajar online hingga promosi potensi seni, budaya dan pariwisata. Namun teknologi digital juga membawa problematika tersendiri yang apabila tidak kita waspadai akan dapat merugikan penggunanya. Itulah hal terpenting yang harus kita waspadai,” ucap anak muda dengan segudang pengalaman tampil menjadi pembicara di banyak kegiatan tersebut.
Literasi Digital
Workshop yang berdurasi dua jam setiap sesinya ini merupakan inisiasi kolaborasi perdana antara pengampu kebijakan Desa Pandak Gede, Yayasan Amanat Keluarga Indonesia (AKI) dan ICT Watch Indonesia, serta didukung oleh Little Spoon Farm sebagai kiat untuk memberikan pemahaman kembali ke masyarakat.
Dalam pengantarnya, I Gusti Ketut Artayasa, Kepala Desa Pandak Gede, mengatakan bahwa penyuluhan ini adalah bentuk upaya besama berbagi kembali ke desa agar masyarakat semakin berdaya, maju dan bertambah wawasannya dalam hal literasi digital.
“Melalui inisiatif penyuluhan dan workshop yang didukung oleh Yayasan AKI dan ICT Watch ini, tentu saja menjadi bekal bagi masyarakat desa Pandak Gede untuk dapat kian berkembang dan maju dengan pengetahuan yang didapat melalui Internet dan teknologi digital,” imbuhnya.
Semenara itu, Abigail Bernadette, perwakilan dari Yayasan AKI sebagai fasilitator penyuluhan, mengatakan salah satu tujuan utama pelaksanaan workshop ini adalah untuk membangun pemahaman kritis masyarakat terhadap informasi yang beredar di Internet.
“Banyak informasi yang sengaja disebarkan melalui media sosial misalnya, sengaja untuk memecah-belah masyarakat dan membenci pemerintah. Maka kita perlu melanjutkan kolaborasi dan memperluas program penyuluhan semacam ini,” pungkas Abigail.