Cakraline.com. Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, sudah berakhir, upacara penutupan Stadion Lukas Enembe, Kabupaten Jayapura, Jumat (15/10/2021) malam berlangsung meriah.
Bagi Adinda Larasati Dewi Kirana perenang putri asal Jawa Timur, PON kali ini punya kenangan khusus. Prestasi Adinda jauh lebih baik dibanding PON 2016 di Jawa Barat yang kala itu, dia meraih empat emas, satu perak, satu perunggu.
PON XX Papua, Adinda memperolah medili emas terbanyak dalam pesta olahraga yang diikuti sekitar enam ribuan atlet tersebut. Total Adinda sukses membawa pulang delapan medali emas dan satu perak.
Padahal, Adinda tampil dengan kondisi tangan masih tertanam pen. Adinda mengaku sekitar kurang dari satu tahun lalu, pen tertanam pada salah satu tangannya setelah insiden kecelakaan Juli 2020.
Perempuan cantik berhijab menceritakan persiapan menuju PON Papua terganggu karena dia harus naik meja operasi. Bahkan, kata Adinda, dokter menyarankan untuk tidak melakukan aktivitas berat selama satu tahun.
Tekad Adinda mengalahkan semuanya. Dia mulai kembali menjalani persiapan pada November 2020 dengan pen masih tertanam di tangannya. “Saya ada target di PON, tidak mau rehat dan harus berusaha,” kata Adinda kepada Antara pada hari perlombaan renang, Kamis (14/10/2021).
Kerap Merasa Ngilu
Adinda mengaku kerap merasakan ngilu, terlebih saat menyentuh dinginnya air. Namun, kata Adinda, selama punya keyakinan dan tekad yang kuat semua rintangan dan tantangan bisa terlewati.
Adinda pun membuktikannya dengan menyabet delapan medali emas dan satu perak dalam pesta empat tahunan tersebut.
Tujuh emas di antaranya diraih di Arena Akuatik Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura, yang menjadi lokasi perlombaan renang.
Perenang 21 tahun itu finis terdepan seperti pada nomor 200 meter gaya bebas putri. Dia mengalahkan Angel Gabriella Yus asal DKI Jakarta dan Ressa Kania Dewi dari Jawa Timur.
Pada nomor 800 meter gaya bebas putri Adinda mengalahkan Raina Saumi G asal Jawa Barat dan Ressa yang berada di posisi ketiga. Adinda mencatatkan waktu 8 menit 59,78 detik, memecahkan rekor PON milik Raina Saumi G di Pekan Baru pada 2012 dengan 9 menit 01,98 detik.
Rekor PON pun dia ciptakan pada nomor 100 meter gaya kupu-kupu dengan torehan 1 menit 01,65 detik atau lebih baik dari rekor sebelumnya milik Angel Gabreilla Yus dengan 1 menit 01,66 detik di PON 2016 di Jawa Barat.Pada gaya kupu-kupu, atlet yang lahir pada 4 Maret 2000 itu juga meraih medali emas pada jarak nomor 50 meter.
Catatan Waktu Lebih Baik
Sisanya, dia berkontribusi besar pada nomor estafet. Seperti pada nomor 4×100 meter gaya bebas estafet putri, 4×100 meter gaya ganti estafet putri, dan 4×200 gaya bebas estafet putri.
Selain itu, satu emas Adinda didapat saat berlaga di perlombaan renang perairan terbuka nomor 10 km putri di Teluk Yos Sudarso.
Pencapaian ini lebih baik dari PON 2016 di Jawa Barat yang kala itu Adinda meraih empat emas, satu perak, satu perunggu.“Sudah puas, semula target lima emas dan di PON Papua bisa lebih dari itu. Selain itu, dari catatan waktu juga lebih baik,” kata Adinda.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jawa Timur, Muhammad Chusaini, mengaku bangga dengan pencapaian Adinda.
“Ya, dia sempat mengalami insiden jatuh dari otopet dan harus operasi. Kami khawatir ketika itu. Ternyata berkat dukungan KONI Jatim dan PRSI Jatim, semua pengobatan dan pemulihannya terus di pantau. Dan Adinda tampil luar biasa,” tambah dia.