Cakraline. com. Para korban terdampak banjir bandang lahir dingin Gunung Marapi, di Simpang Bukit, Bukit Batabuah, Sungai Pua, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada Sabtu (11/5/2024) lalu, kini sudah kembali beraktivitas. Namun warga yang tinggal di zona merah belum di izinkan untuk kembali rumah.
Kawasan Bukik Batabuah terlihat cukup bersih, puing-puing bekas reruntuhan rumah, kayu-kayu besar yang dibawa Galodo sudah tak terlihat lagi. Batu batu besar yang menghambat aliran sungai Ampuah yang mengalir dari Gunung Marapi sampai Bendungan Cangkiang sudah tampak bersih. Batu-batu besar disiapkan sebagai penganti dinding sungai yang hancur.
Mushola An-Nur Kasiak Simpang Bukit yang tak tersentuh banjir kini sedang dalam perbaikan. Sejumlah alata-lata berat terlihat sedang membersihkan sisa-sisa galodo di perkampungan sekitar mushala An-Nur Kasiak.
Pemerintah juga sudah mendirikan sebuah tenda besar untuk disiapkan sebagai tempat pemotongan hewan kurban saat Idul Adha, Senin 11 Juni nanti. “Warga sudah kembali berkativitas, siap kembali memulai kehidupan baru, “ ungkap Liviya Nindi Lestari.
Pelaja kelas X SMK Bukittinggi ini menceritakan sebagian warga yang terdamapk sudah pulang kerumah. “ Sebagian sudah balik, sebagian yang rumahnya hancur ada yang mengontrak,” ucap gadis berkulit putih itu.
Liviya selamat bersama lima orang sahabatnya Kayla, Ifan, Fadil dan Bintang, sedang mengadakan rapat untuk menyiapkan agenda kegiatan remaja mesjid An-Nur Kasiak, untuk satu tahun kedepan.
Mereka berhasil lolos dari banjir bandang malam 11 Mei silam. Ia mengambarkan kondisi desa yang sudah hancur dihempas oleh batu-batu maupun kayu-kayu ukuran besar menutup sebagian rumah warga. “ Sedih melihat kampung yang damai ini sekarang sudah hancur,” ucapnya Liviya.
Kedua orangtua dan saudaranya yang lain selamat, sebab kediamannya ada berada di ketinggian berjakan sekitar 200 meter aliran sungai Ampuah. Liviya mengaku, secara perlahan berusaha menghilang perasaan trauma. ” Alamdulillah sudah bangkit lagi,” ucap Liviya Nindi Lestari
Saat terseret arus deras mereka selamat setelah bertahan disebuah tembok warung serta kayu-kayu besar. Mereka berlindung ke atas rumah warga.
Liviya mengambarkan kondisi kampung halamannya yang sudah rata dengan tanah. “ Sedih melihat kampung yang damai selama ini sekarang sudah hancur. Rumah selamat tetapi keluarga memulai hidup dari nol lagi,” ujar Liviya.