Cakraline.com. Meski sudah dua minggu berlalu rasa duka mendalam masih saja dirasakan keluarga Mawardi (35) dan Ulfia (34). Secara perlahan pasangan suami istri ini sudah bisa menerima kenyataan kehilangan putra sulungnya Abdul Muis Al-Habsi (10) yang jadi salah satu korban kecelakaan truk tronton di depan pintu gerbang SDN II dabn III Kota Baru Bekasi, Bekasi, beberapa waktu lalu.
Meski rasa sedih itu masih ada, Ulfia berusaha menerima kematian buah hatinya sebagai sebuah takdir dari Yang Maha Kuasa. Seperti orangtua murid lainnya yang kehilanann anaknya, dia berusaa untuk kuat. ”Ya Allah, Aa mama sudah iklas, tidur kamu cakep banget, “ ucap Ulfia.
Ulfia yakin putranya kini berada di surga, ”Aa sudah tenang, jadi saya harus kuat. Rasa sedih itu masih ada, tak pernah hilang karena itu saya iklas biar tak sedih terus,” kata Ulfia.
Ukfie mengenang pagi sebelum berangkat sekolah Abdul sempat enggan. Dia merayu agar sekolah lebh rajin karena sudah kelas 5 SD. Mandi, sarapan pagi disuapin setelah Abdul masuk kamar menyisir rambut. Pagi itu dia terlihat lebih rapi, biasanya Abdul tak mau nyisir rambut.
Abdul bersama adiknya Sauki diantar ke sekolah naik motor oleh kakeknya. Abdul mencium tangan sangag bunda. ”Saya usap kepalanya belajar yang benar sudah kelas 5 sebentar lagi Aa mau SMP,” pesan Ulfia, warga Kampung Rawa Pasung, RT 002 RW 004 Kota Baru, Bekasi Barat.
Sekitar pukul 9.30, Sauki adik Abdul sudah pulang kerumah. Pukul 10.00, Ulfia terkejut mendapat kabar dari seorang teman Abdul kalau ada kecelakaan didepan sekolah. Ulfia buru-buru berangkat, sepanjang jalan menuju sekolah sudah macet.
Tubunya lemas, saat menuju sekolah jalan sudah macet. Alfia mencari Abdul kedalam kelas karena belum waktunya pulang. Abdul tak ditemukan. Ulfia kembali ke jalan raya mencari buah hatinya. Saat itulah dia melihat Abdul terjepit truk tronton bersama pelajar lain.
Selama proses evakuasi Ulfia bersama keluarga meyaksikan dengan perasaan penuh ketegangan. Ditenggah jerits histeris orangtua murid Ulfia mengaku tetap berusaha tegar , banyak mengucap Istiqfar. ”Bocah-bocah itu bertumpuk tumpuk, Abdul ada dibawah. Dibawahnya ada jenasah teman satu kelas, Naufal,” tutur Ulfia.
Ulfia memperkirakan saat istirahat Abdul jajan diarea luar sekolah. Dilokasi kecelakaan Ulfia berusaha terlihat begitu tegar, meski perasaannya hancur, sehilangan putra tercinta.
”Mau menangis meraung-raung nggak bisa bikin dia hidup lagi. Sekang kembali ke kita, saya kuat- kuatin. Kasihan ke dia-nya, dia tidur sudah cakap, Aa, mama juga sudah iklas melepas Aa. Memang sudah jalanya begitu,” ungkap Ulfia.
”Saya sedang belajar iklas dan sabar walaupun dalam hati gimana, sedih, dimulut tetap terucap iklas. Saya tegar saja,” kata Ulfia.
Banyak kenanangan manis ditinggalkan putranya. Sehari sebelum kecelakaan Abdul sudah meninggalkan pesan, dia menitipkan sepeda untuk adiknya. Namun Ulfia tak merasakan itu sebagaia sebuah firasat. . ”Dia sempat mengajarkan adiknya main sepede. Aku kasih sepeda sama Uki, ntar dia aja yang pakai. aku sudah nggak mau, ganti aja jok yang bagus,” pesan Abdul pada Ulfia.