Cakraline.com. Musibah gempa bumi di Cianjur 22 November 2022 menyisakan duka mendalam bagi Irman (25). Seharusnya hari-hari ini dilalui Irman bersama Ima Nurhayati (20) dengan rasa penuh kebahagian, bagaimana tidak pasangan itu sedianya akan menikah pada Kamis 24 Novermber lalu, namun takdir berkehendak lain.
Irman gagal menyunting kekasihnya karena gempa berkekuatan 5, 6 magnitudo itu telah memisahkan mereka. Seluruh persiapan pernikahan sudah beres, undangan sudah disebar, mahar sudah pernikahan siap, bahkan pelaminan pun sudah selesai dipasang. Rumah orangtua Ima di kampung Lembahduhur, desa Cibulakan, Nagrak Atas Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, ambruk rata dengan tanah.
Kehilangan kekasihnya itu membuat Irman benar-benar syok, dia masih belum percaya Ima meninggal dalam musibah gempa tersebut. Irman terakhir kali berkomunikasi dengan Ima sekitar pukul 11.20 Wib. Ima mengabarkan bahwa pelaminan maupun dekorasai rumah sudah selesai.
Irman merasa senang. ” Dia bilang senang, indah sekali. Saya minta dikirimkan foto, dia janji mau kirim habis sholat Dzuhur,” tutur Irman.
Irman sempat gelisah foto yang dijanji Ima tak kunjung datang. Dia tak menduga kalau rumah kekasihnya runtuh akibat gempa bumi. Dia coba menghubungi telpon tak aktif. Pesan WA tak ada jawaban.
Irman tak menduga gempa dahsyat itu telah memisahkan dia dengan calon istrinya. Saat gempa terjadi Irman berada dirumah orangtuanya di Cikalong, Cianjur. Cikalong tak mengalami kerusakan berat.
Dia baru mengetahui kalau rumah Ima runtuh dari sahabatnya, yang mengirim pesan singkat. Irman mengaku belum percaya dengan pesan itu. Kemudian muncul pesan dari teman-teman Ima, yang mengabarkan Ima sudah meninggal tertimban reruntuhan rumah. ”Aa sabar ya, Ima sudah meninggal, dia tertimpa rumah runtuh,” kata Irman mengutip pesan tersebut.
Meski sudah tiga minggu berlalu Irman mengaku masih sulit menerima kenyataan pahit itu, diapunn sudah berusaha untuk mengiklaskan namun dadanya masih terasa sesak. ”Perlahan saya berusaha menerima, mendoakan yang terbaik buat Ima,” kata Irman
”Kemaren-kemaren sulit, soalnya tiga hari lagi kita akan menikah ternyata ada bencana,”ucapnya. Hari itu dia berusaha menembus Nagrak, namun tak berhasil karena terjadi kemacetan di jalan-jalan, banyak puinh-puing rumah warga berserakan dijalan. Irman mencari informai ke rumah sakit, tak ada nama Ima sebagai korban.
Keesakan harinya, dia sangat terpukul tak kala mendapat kabar Ima meninggal dalam musibah. ”Saya masih belum percaya, saya gelisah. Pagi-pagi saya kerumah saya nggak percaya Ima sudah tdak ada,” ,
Dibalik musibah itu Irman berusah tegar, bukan hanya dirinya yang terpisah dengan kekasihnya,banyak warga yang kehilangan keluarga. Karena itu, dia harus iklas dan bisa bersabar. ”Saya lihat orang-orang kehilangan suami, anak, istri dan keluarga mereka bisa kuat. Belum seberapa dengan duka yang rasakan, “ bebernya.
”Dia calon istri yang soleha, sederhana. Dia perempuan terbaik yang saya kenal, dia mengerti saya, mendukung saya waktu belum dapat pekerjaan,” katanya.
Suasana duka juga dirasakan orang tua Ima, Siti Zulaiha. Rumah orangtua Ima rata dengan tanah. ”Sedih,saya kehilangan rumah juga kehilangan anak perempuan. Dia mau menikah, tapi semua hancur, enggak tahu harus ngomong apa, sampai saat ini ibu masih kehilangan selera makan,” ucap Siti Zulaiha
Dia sangat sedih putrinya bungsunya itu tak tertolong saat gempa terjadi. .”Ibu lagi didapur bersama saudara-saudara sedang membuat kue untuk persiapana pernikahan Irma,” ucapnya.
Ima akan menikah 24 November, resepsi akan dilakukan tanggal 27 November, Siti Zulaiha berusaha menerima perasaan duka itu dengan sikap iklas. Dia yakin anaknya kini tentu sudah hidup lebih bahagia disisi Yang Maha Kuasa. ”Iklas dan ridho, bagaimana lagi atuh, kalau nggak iklas juga nggak akan kembali lagi,” tutup.