Cakraline.com. Kondisi Firda bocah berusia 5 tahun yang selamat dari reruntuhan bagunan ruman neneknya di desa Kedung Girang, Kecamatan Cigenang, Kabupaten Cianjur akibat gempa bumi Senin 21 November lalu kini terus membaik.
Luka diwajahnya sudah mengering akibat tertimba benda keras. Firda sudah mulai beraktivitas bermain seperti biasa. ”Kondisi Firda sekarang sudah sehat, sudah bermain seperti biasa, “ ungkap Ena tante Firda.
Bocah manis itu terlihat penuh senyum bahagia saat berkumpul untuk sementara dikeluarga besar neneknya. Firda mengenakan baju bermotif kembang tampak penuh semangat. Luka sembab diwajahnya sudah tak terlihat.
Walau sudah sehat Firda masih menyimpan perasaan trauma. Dia belum mau bermain diluar rumah. ”Belum mau bertemu banyak orang, maunya ditemani, “ tutur Ena.
Ena bersyukur kondisi keponakannya terus membaik, perasaan trauma itu secara perlahan akan hilang. Keluarga terus berusaha memperbaiki mentalnya. “Alhamdulillah tinggal pemulihan mental. Keluarga terus mendampingi,” ujar Ena.
Saat gempa Firda tertimbun reruntuhan bangunan selama 7 jam. Proses evakuasi bocah berkulit sawo matang berlangsung dramatis dan menegangkan dengan mengunakan alat seadanya, seperti menguna potongan bambu, potongang besi serta memecahkan batu beton dengan martil.
Agus Aliji ayah Firda menceritakan proses penyelamatan putrinya menguras emosinya. ”Rasanya lelah sekali melihat anak seperti itu, nggak tega, ” ungkap Agus.
Sulitnya evakuasi Firda, karena tak ada alat berat untuk mengangkat patahan beton lantai atas itu. Namun dia melihat ada celah untuk kedalam badan orang dewasa dia Agus merangkak masuk.
Secara perlahan dia menyingkir puing-puing membuka jalan mendekati tubuhnya buah hatinya. Langkahnya terhenti di kaki Firda. Dia melihat potongan beton yang tertahan oleh stang sepeda yang dipakai Firda bermain siang itu diteras rumah.
Potongan bambu satu persatu secara perlahan didorong pada celah-celah puing. Cara itulah agar baton yang menumpuk tidak bergerak dan jatuh ke tubuh anaknya. ”Bambu didorong pelan, saya memberi aba-aba dari dalam,” katanya.
Begitu posisi bambu aman, adik iparnya memecahkan potongan beton secara perlahan dengan mengunakan martial. Semua dilakukan secara perlahan. Mereka tak ingin melakukan tergesa-gesa sebab jika terjadi kesalahan beton itu akan jatuh menimpa tubuh Firda. Saat tubuh Firda diangkat semua orang yang membantu membaca takbir, Allahu Akbar.
”Masya allah, nggak bisa saya menceritakan ini mukjisat dari Allah Yang Maha Kuasa,” ucapnya.
Diceritakan Agus, selama proses evakuasi sering berteriak menahan sakit ”Sakit-sakit.” ”Tadinya nggak ada harapan alhumdulillah selamat bisa dibawa kesini. Biar badan saya luka yang penting anak saya selamat,” kata Agus
Firda diasuh Ena, setelah ibunya Siti Rofilah meninggal tahun lalu karena sakit. Ena adik Siti Rofilah. Anak-anak Ena selamat ketika gempa terjadi, mereka sedang sekolah. Dirumah hanya ada ibunya bersama Firda. Neneknya selamat. Gempa telah menghancurkan rumahnya. Tubuh Firda terjepit tembok, sehingga menyulitkan evakuasi.
Ena mengaku tak kuat dia sudah benar-benar pasrah. ”Saya nggak sanggup, melihatnya,” ujarnya. Diceritakan Ena, selama menunggu evakuasi perasaannya campur aduk. Harapan terbesarnya adalah bagaimana bisa selamat.
Ena tak ingin kehilangan keponakannya. Dia menyadari tak ada manusia yang mengetahui kapan dia mati. ”Pikiran saya Firda selamat, selamat. Saya nggak mau kehilangan lagi, dia sudah tidak punya ibu,” ucap Ena.
Ena menuturkan Firda sosok anak yang tegar. Setelah berhasil diselamatkan dia masih sempat bercerita, dia merasakan sakit dibagian kepala, tangan dan kaki. Firda dibawa bibinya Sulis ke rumah sakit Cianjur naik motor, dia tak mungkin menunggu mobil ambulance karena sudah malam.
Selamatnya Firda dirasakan keluarga sebagai sebuah keajaiban. ”Ini benar-benar keajaiban,”tutup Ena.