Cakralie.com. Bogor – Dua bulan terakhir ini setelah merebaknya pandemi corona termasuk di Indonesia, hampir tiap hari saya menerima cerita sedih dari teman-teman. Salah satunya adalah pemotongan gaji mulai April 2020 ini.
Jumlahnya bervariasi, dari 15 persen hingga 50 persen.Semua nadanya mengeluh, kecewa, dan frustasi. Apalagi diantaranya ada yang menyampaikan curahan hati (curhat)-nya bahwa harus membayar beberapa cicilan. Dengan potongan itu jadi tidak cukup. Membayangkan ke depan hidupnya bersama keluarga bakal sulit._
Setelah menyimak curhat itu dengan tegas saya sampaikan ke mereka harus tetap bersyukur dan optimis menjalani hidup ini. Jangan langsung membayangkan dan memikirkan yang sulit-sulit karena apa yang dipikirkan bakal menjadi kenyataan.
Kenapa tetap bersyukur meski gajinya dipotong? Karena setiap bulan masih rutin menerima gaji. Kondisinya berbeda dengan lebih dari 2 juta orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Mereka sama sekali tidak menerima apa-apa. Bagaimana kelangsungan hidup mereka bersama keluarga? Kondisinya pasti sulit sekali.
Saya sarankan agar teman-teman itu membiasakan melihat ke bawah. Tujuannya agar bisa lebih mensyukuri hidupnya meski dalam kondisi pandemi covid.
Jika mereka melihat ke atas akan pusing sendiri. Kerugian buat diri mereka pasti bakal besar karena sangat menyesali kondisi yang dialaminya.
*Optimal Kurangi Pengeluaran, Tunjukkan Kinerja Terbaik*
Selain itu, bersama keluarga mengevaluasi secara ketat pengeluarannya. Di luar yang rutin misal bayar listrik dan air mungkin ada yang bisa dihemat.
Intinya berusaha secara optimal mengurangi pengeluaran. Hal-hal yang konsumtif agar dipotong habis. Kini saatnya melakukan penghematan secara ketat dan totalitas.
Kecuali TUHAN tidak ada seorang pun di Indonesia yang tahu kapan corona berakhir. Sampai sekarang hanya sebatas asumsi atau perkiraan saja. Itu pun belum pasti kebenarannya.
Dalam kondisi pandemi corona ini meski gajinya dipotong tetaplah semangat bekerja. Kinerjanya harus terus dipertahankan. Jangan sampai menurun karena ini terkait dengan kualitas seseorang.
Tunjukkan kinerja yang terbaik. Agar jadi catatan positif bagi atasan. Ini sekaligus sebagai investasi yang sangat berharga untuk setiap individu yang melakukannya.
Yakinlah begitu corona reda atasan punya penilaian terhadap semua bawahannya. Jika selama corona bisa menjaga kualitas kinerja meski gajinya dipotong, pasti jadi catatan positif bagi pimpinan terhadap jajarannya.
Kalau ada rencana promosi jabatan maka akan diprioritaskan. Bisa saja semua itu merupakan hikmah dari corona.
*Sekitar 15 Tahun Tidak Terima Gaji, 1,5 Bulan di Rumah Otomatis Ngga Ada Penghasilan*
Terakhir saya contohkan diri saya sendiri yang sudah sekitar 15 tahun tidak pernah terima gaji. Selain itu sudah 1,5 bulan beraktivitas di rumah Bogor. Otomatis ngga ada penghasilan.
Bagaimana saya menyikapinya? Santai saja. Tetap bersyukur dan optimis menjalani hidup ini. Mengambil hikmah dari semua kejadian itu.
Kenapa bisa begitu? Karena saya selalu melihat ke bawah. Masih banyak orang yang hidupnya jauh lebih susah dari saya dan keluarga.
Apa hasilnya dengan bersikap begitu? Saya selalu tenang, nyaman, bahagia, dan gembira. Sehari-hari selama di rumah menikmati semua aktivitas dan tetap berkualitas.
Semoga setelah diberi semua pemahaman itu, teman-teman yang tadinya putus asa, frustasi, dan kecewa dapat kembali bersemangat. Optimis menang melawan corona dengan tetap menunjukkan kinerja terbaik meski gajinya dipotong hingga 50 persen. Aamiin ya robbal aalamiin…