Cakraline.com. Realita kehidupan petani kembali diangkat dalam sebuah cerita film berjudul Seribu Bayang Purnama di sutradarai oleh Yahdi Jamhur dengan penulis naskah Swastika Nohara. Syuting film bernuansa romance selesai, siap tayang akhir tahun 2024.
“Film ini berisi sebuah pesan bahwa seperti inilah realita kehidupan petani kita dan nyatanya ada solusi yang bisa diterapkan. Petani harus menjadi subjek dalam rangkaian upaya pemenuhan pangan nasional. Sudah cukup rasanya sekian puluh tahun petani Indonesia, orang-orang yang bekerja keras memberikan punggungnya dalam sengatan matahari, diperlakukan secara tidak adil melalui beragam intrik dalam distribusi dan harga pupuk, serta polemik lain. Sekarang saatnya para petani memiliki kembali hajat hidup mereka seutuhnya,” kata Yahdi Jamhur.
Alur cerita yang kuat ditulis oleh Swastika Nohara mengisahkan kehidupan petani yang dijerat utang tengkulak dan mahalnya harga pupuk, film ini juga menawarkan sebuah solusi yang sudah terbukti berhasil dijalankan oleh sebagian petani.
“Kisah dan konteks film ini sangat personal bagi saya, karena saya lahir dan besar di desa. Proses pengembangan naskahnya dimulai dengan riset kehidupan petani masa kini, dan riset mengenai Metode Nusantara. Saya meyakini situasi sulit dan kompleksitas yang digambarkan dalam film ini mewakili mayoritas petani di Indonesia, sehingga sejak awal mendengar ide dan konsep film ini saya langsung merasa ini adalah film yang menarik dan penting untuk dibuat,“ ujar penulis naskah Swastika Nohara.
Swastika sukses sebagai penulis naskah untuk film Cahaya Dari Timur Beta Maluku, Tiga Srikandi dan Sampai Nanti, Hanna!. Yahdi mengatakan, film sangat dekat kehidupan petani Indonesia.
Seribu Bayang Purnama dibintangi oleh Marthino Lio sebagai Putro. Pemeran lain adalah Whani Darmawan, Aksara Dena dan juga Nugie.
Sebagai anak petani Yahdi merasa sangat memahami problem petani. Yahdi mengaku mendapat inspirasi film ini Baraka Film saat membuat sebuah konten di daerah Nekus, NTT. “Kami melihat dari dekat apa saja yang harus dilalui oleh petani untuk bisa memulai produksi, ini membuat saya tergerak untuk bisa menuangkan itu pada media film,” jelas Yahdi Jamhur yang juga merupakan founder dari Baraka Film.