Cakraline.com. Jakarta-Tidak mudah bagi pasangan suami istri Fany Yulian dan Nanang Wahyudi melupakan bagaimana bisa lolos dari kepungan api saat rumah kontrakannya terbakar.
Fany Julian (31) dan Imawati (50), tak kuasa melihat puing-puing bekas rumah kontraknnya yang hangus terbakar pada Kamis (25/3) dini hari lalu. ” Kedua kaki saya masih gemetar kalau saya melihat puing-puing rumah ini, sedih sekali,” ungkap Feny Julian, kelahiran Solo, Jawa Tengga itu melihat kontrakannya yang hangus.
Meski sudah beberapa hari berlalu, kedua perempuan itu tetap tak sanggup untuk berdiri terlalu lama di bekas puing rumah kontrakan tersebut. Fany dan Imawati, adalah dua keluarga yang berhasil menyelamatkan diri dari Kebakaran di RT 3/6, Matraman, Jakarta Timur yang menyebabkan 10 orang meninggal dunia.
Rumah kontrakan hanya punya satu akses masuk dan keluar. Gang itu cukup sempit dengan lebar sekitar satu meter. Selain gang sempit, kontrakan empat pintu diapit sebuah tembok rumah warga setinggi 10 meter, sehingga sulit warga sulit untuk memberi pertolongan.
Fany salah satu korban yang selamat mengisahkan. menjelang subuh terbangun dari tidur . Biasanya Fany mematikan AC, memasak. Pagi pagi itu dia merasa malas, dan memilih tidur lagi. ”Saya malah sekali bangun, saya pikir bentar lagi lah, mau tiduran lagi 15 menit lagi. Saya benaran tertidur 15 menit,” ujarnya.
Pukul 04.15, masih tertidur sayup-sayup Fany mendengar tetangga minta tolong.. ”Tolong, tolong kayak gitu,” ujar Fany.
Fany bangun. suaminya Nanang Wahyudi ikut bangun, sambil bertanya ada apa ? ”Karena bangun saya tidak seperti biasanya, suami terbangun. Dia tanya, kenapa ? Saya jawab. Itu suara orang minta tolong. Saya bilang, mungkin ada tetangga berantem,” kata Fany.
Nanang penasaran, ingin melihat keluar rumah apa yang sebenarnya terjadi. Fany mencegah, da berpikir mungkin keluarga tetangga bertengkar. ”Saya bilang itu bukan urusan kita, itu urusan rumah tangga mereka,” kata Fany. Nanang penasaran ”Udah lu diam saja disini,” ucap Fany mengutip ucapan suaminya.
Dari ruang tamu Fany melihat ada cahaya orange diluar rumah. Saat Nanang membuka pintu, dia melihat dua unit sepeda motor yang terparkir di depan rumah Srimulyani,sudah terbakar. Bersama suami, Fany berupaya memadamkan api dengan mengambil air dari kamar mandi dengan ember ukuran cukup besar. ”Saya ambil air bersama suami untuk memadamkan api. Api bukannya padam, malah tambah besar,” ingat Fany.
Fany kemudian menceritakan saat-saat mencekam tersebut. Ada lima unit motor terbakar, dua didepan rumah Sri. Dua motor didepan rumah Fany dan satu motor lagi depan kontrakan Beny Siswanto yang meningal bersama lima keluarganya.
”Motor hitam didepan rumah keluarga Sri, kondisinya sudah parah. Saya lihat akses pintu untuk korban keluar sudah nggak ada. Jalan hanya terlihat segini (sejengkel) yang tak tersentuh api. Jadi mereka nggak bisa keluar, sedang motor putih baru separuh ban yang terbakar. Motor saya baru ban depan yang terbakar,“katanya.
Fany dan suami panik. Nanang teringkat anaknya Sakinah (9), masih tertidur pulas. Dia meminta Fany menambil anak, sambil terus berusaha memadamkan api. Api mulai membakar platfom rumah ”Suami berteriak, Ma ambil anaknya. Anak saya masih tertidur pulas. Saya tarik tangannya , dia kaget dia sempat terpeleset saat turun dari tempat tidur, posisi anak saya pegang,” kata Fany.
Dalam hitungan detik, Nanang mengambil putrinya. ” Sini anaknya, suami gendong lari keliuar rumah. Suami berlari melewati api. Di kanan dan kiri api semua,” katanya.
”Celah jalan kira hanya segini ( Fany membentangkan jari-jari kedua tangannya). Anak saya dikekep, dia berhasil lolos sampai di ujung gang,” sambung Fany.
Fany berniat untuk lari, namun takut, sebab platform rumah Beny Siswanto sudah mulai dijilat api. Fany terdiam. Fany mencium ada kabel yag terbakar, cairannya jatuh ke lantai.
Diujung gang Nanang kaget istrinya masih tertahan ditenggah kobaran api. Nanang berteriak histeris memangil sang istri. ”Ayo ma cepat lari. Ayo ma lari, buruan. Jarak saya dengan suami kira-kira 35 langkah,” tuitur Fany.
Fany merasa kehilangan akal. ”Ma kalau enggak lompat deh. Saya teriak, saya nggak berani. Di depan saya api maikin besar. Antara pintu rumah saya dengan rumah pak Beny makin panas, api gede sekali. Saat itu antara rumah saya dan pan Benny ada celah (sejengkal), yang enggak ada api,” ucapnya.
Nanang berlari menyemput Fany. Naas didepan kontrakan Beny, dia terjatuh. Fany menarik rambut suaminya. Begitu bangun, Nanang menarik tangan Fany dan berhasil lolos dari api. Mengerikan sekali,” kenangnya.
Kontrakan Fany-Nanang diapit dua kontrakan dari tiga KK yang masing-masing dihuni 5 korban. Ada dua KK dalam satu kontrakan yang dihuni korban suami istri Muhamad Hamdani Himawan, Debby Emilia dan putranya, Farras Izan Himawan. Sementara Sri Mulyani dan Ria Ramadhanie juga tinggal di situ. Korban sudah dimakamkan di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.
Satu KK lainnya yang menempati satu unit kontrakan di antaranya Beni Siswanto, Nova, Silvanny Aliya Nabila, Beyva Alilya Azahra, dan Benno Siswanto. Jenasah satu keluarga sudah dimakamkan keluarnya di Kayu Tanam, Pariaman Sumatera Barat.
Sulit bagi Fany melupakana peristiwa malam itu. ”Kalau saja motor putih itu tidak terbakar, mungkin saya bisa mengendor pintu rumah bu Sri,”
Fany-Nanang sudah tujuh menempati rumah kontrak tersebut, hubungan dengan tetanggan juga baik-baik saja. Mereka saling menjaga sikap saling pengertian. ”Kita sudah seperi keluarga,” ujanya.
Fany bersyukur keluarganya bisa selamat meski tidak satupun harta benda yang bisa diselamatkan. ” Kalau saya masuk rumah ambil laptop dan HP di atas meja ya Allah, pasti saya mati,” tuturnya.
Tak lama kemudian Fany mendengar suara dentuman keras dari dalam gang sempit itu. ”Ini mukjizat saya lolos dari maut, begitu sampai di ujung gang terdengar bunyi dentuman. Bumm. kayaknya itu suara dari tangki motor yang meledak,” ucapnya.
Selain Fany, Imawati, pedagang makanan di pasar Genjring itu, berhasil lolos setelah dibangunkan putranya Evan (13). ”Anak tidur didepan, dia merasakan panas, dia uka pintu ternyata ada kebakaran, api sudah besar. Dia masuk lagi, bangun saya lagi tidur dikamar belakang,” kenang Imawati.
Kata Imawati sempat kembali kedalam rumah mengambil beberapa dokumen keluarga. ”Saat balik, tabrakan dengan suami Fany karena gang kecil. persis didepan pintu saya,” katanya.
Sama seperti Fany, janda satu anak ini masih merasakan trauma yang hebat. Dia juga menyesalkan tidak sempat memberi pertolongan pada keluarga Benny.
”Malam itu pak Benny dan bu Nova habis merasayakan ulangtahun perkawinan, keluarga ketawa-ketawa sampai malam. Dia pesan makanan dari luar,” kenang Imawati.
Imawati tak kuasa menahan tangis karena selamat dari musibah. ”Alhamdulillah saya selamat bersama anak, tapi masih gemetaran. Masih lemah kalua melihat bekas rumah,” ujanya.