JAKARTA adalah Surga bagi anak-anak daerah. Bahkan juga bagi mereka yang sudah bukan millenial lagi. Kemilau lampu, gedung gedung pencakar langit, lalu lalang Jakarta yang tak pernah tidur, dan objek objek wisatanya membuat mereka happy.
Itulah sedikit gambaran umum kebahagiaan anak-anak peserta Lomba Cerdas Cermat (LCC) Empat Pilar MPR RI 2019 Tingkat Nasional, yang digelar MPR RI sejak 28 Oktober 2019, dan puncaknya saat Grand Final pada Minggu (3/11/2019) kemarin.
Wajah tegang penuh doa, telihat jelas di paras para guru pendamping, agar murid-murid mereka memenangkan LCC bergengsi itu. Beda dengan ratusan siswa dan siswi pilihan sekolah masing masing dari seluruh Provinsi di Indonesia.
Di samping antusias, derai tawa dan kagum melihat Gedung wakil rakyat yang megah itu, yang selama ini hanya mereka saksikan di layar kaca telivisi. Kini, mereka ada di dalamnya. Bertarung degan teman-teman mereka dari daerah lain, untuk sebuah predikat juara LCC.
Siti Sumiwati Rannu, guru PPKN SMAN 1 Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara, adalah salah satu guru pendamping yang tampak tegang dan terus berdoa untuk kemenanga murid-muridanya di tengah kekagumannya terhadap penyelenggaraan LCC Empat Pilar MPR itu.
Kata dia, banyak hal yang membuat dirinya terkesan, antara lain, sama seperti murid-muridnya, bisa memasuki gedung Parlemen yang sangat terkenal. Juga pada metode penyelenggaran LCC yang profesinal, bagus tatapanggungnya, pencahayaan dan lainnya.
Kebahagiaan lain di luar itu, adalah antusias murid-muridnya mengikuti LCC. “Saya sudah melihat kebahagiaan mereka sejak menaiki pesawat terbang. Mereka membayangkan indahnya Jakarta, berwibawanya gedung wakil rakyat dan beratnya persaingan di LCC,” ungkap dia.
Sumiwati mengaku, terpilihnya sekolah tempat dia mengajar untuk kedua kalinya mengikuti LCC 2019, setelah sebelumnya pada tahun 2015, adalah sebuah berkah. Kali ini kami berjuang lebih keras, menebus kebelumberhasilan di tahun 2015, kata dia.
Tetapi apa boleh buat, keberhasilan memang belum berpihak kepada sekolahnya, SMAN 1 Baubau terhenti di babak penyisihan. Bagi Sumiwati kenyataan itu memang pahit. “Kami sudah berusaha keras. Tetapi Tuhan masih menghendaki kami melakukan proses belajar dan mengajar lebih giat lagi,” ujar dia.
Tidak banyak orang yang tahu, sesungguhya kesedihan Sumiwati tidak hanya atas kegagalan sekolahnya meraih juara. Khabar teramat pilu diterimanya saat dia berjuang bersama murid-muridanya, bahwa ibundanya tercinta dipanggil Allah.
“Ingin saya pulang untuk bertemu ibunda untuk terakhir kalinya. Tetapi tak mungin. Saya takut anak-anak murid saya ikut sedih dan terganggu. Air mata saya tak terbendung, tercurah bagai hujan, tanpa dikatahui murid murid saya,” papar Sumiwati.
Perjuangan butuh pengorbanan, kata dia. Komunikasi dengan keluarganya di kampung banyak membatu tanggungjawabnya untuk tidak meninggalkan murid-muridnya yang sedang berkompetisi. “Allah maha tahu,” ujarnya degan suara lirih.
Entah apa yang terjadi, kalau kenyataan itu menimpa kita. Hanya ada ucapan salut dan, hebat yang bisa kita ucapakan untuk Sumiwati. Betapa besar tanggungjawab seorang guru pada muridnya. Pahlawan tanpa jasa. Itu yang sering kita dengar untuk profesi guru.
Pelaksanaan LCC tampak menegangkan bagi siswa-siswi peserta. Untuk memperoleh gelar juara harus melalui beberapa tahapan. Ada tahapan babak, perorangan atau sat lawan satu dan kelompok serta juga ada kemampuan analisis.
Di ujuk babak, akhirnya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tenggarong, Kalimantan Timur, menjadi juara nasional LCC Empat Pilar MPR Tahun 2019, setelah mengguli SMAN 1 Brebes Jawa Tengah dan SMAN 2 Sampit Kalimantan Tengah.
Dalam grand final, SMAN 1 Tenggarong berhasil menjadi juara pertama setelah meraih poin 199, diikuti SMAN 2 Sampit yang meraih poin 172 sebagai juara kedua, dan SMAN 1 Brebes dengan nilai 160 di tempat ketiga.
Untuk diketahui, bahwa LCC Empat Pilar MPR RI tingkat SLTA diselenggaraka sudah sejak tahun 2017. Implementasinya dalam kehidupan kaum millenial menggembirakan. Terutama mereka sudah bisa menghargai perbedaan.
Karena itu, Sekjen MPR, Ma’ruf Cahyono mengungkapkan kegembiraannya atas dampak dari upaya pensosialisian Emat Pilar MPR; Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika itu melalu LCC itu.
“Melalui LCC interaksi dan rasa persatuan akan tumbuh. Dengan adanya kegiatan yang melibatkan para pemuda di Indonesia, prinsip Bhinneka Tunggal Ika akan terinternalisasi secara langsung,” kata dia.
Atas nama Setjen MPR, Ma’ruf mengucapkan selamat telah selesai mengikuti LCC. “Terimakasih kepada peserta yang telah mengikuti acara yang padat dengan diisi oleh karakter yang sportif dan toleransi,” ujanya.
Dikatakan, kegiatan LCC akan ada dari tahun ke tahun. Bila ada yang belum masuk grandfinal, bisa mempersiapkan diri lebih awal. “Yang paling penting, peserta bisa mengimplementasikan Empat Pilar MPR.”
Sementara Ketua Kelompok DPD di MPR yang juga anggota dewan juri Intsiawati Ayus mengapresiasi penguasaan materi Empat Pilar oleh para peserta. Intsiawati berharap MPR bisa menjadikan para peserta sebagai agen sosialisasi di daerah.
“Kalau soal penguasaan materi, tidak perlu diragukan. Hanya saja, bagaimana para peserta mampu mengaplikasikan Empat Pilar MPR dalam kehidupan sehari-hari di daerah masing-masing,” ujar dia.
Intsiawati berharap, ke depan metode sosialisasi melalui LCC bisa ditingkatkan. Karena sudah terbukti, metode ini cukup berhasil untuk mensosialisasikan empat pilar dikalangan siswa SLTA. Bahkan, MPR juga perlu mencarikan metode lain yang cocok bagi remaja, khususnya siswa-siswi SLTA.
Selain Intsiawati Ayus yang tampil sebagai juri, ada juga anggta MPR dari Fraksi Parai Golkar Idris Laena, Ketua Fraksi PAN MPR RI Ir H Alimin Abdullah dan anggota Fraksi PKS MPR Dr H Al Muzzammil Yusuf M.Si serta bebepa juri lainya.