SITUASI dan kondisi sosial politik nasional sedang mengalami ketegangan akibat konfrontasi mahasiswa yang menolak produk revisi UU KPK dan RKUHP yang dianggap kontroversi.
Kondisi ini menimbulkan banyak spekulasi politik, sehingga pemerintah memerlukan langkah-langkah strategis dalam rangka menciptakan kembali stabilitas dan kesejukan di tengah masyarakat.
Menghadapi kondisi dan situasi sosial politik teraktual, Partai Golkar telah menempuh langkah riil yang elegan untuk mendukung dan menjaga stabilitas nasional, menjelang agenda kenegaraan pelantikan Anggota DPR/MPR pada 1 Oktober 2019 dan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2019. Langkah Partai Golkar itu harus ditempuh agar kedua agenda besar kenegaraan itu terselenggara dengan aman dan lancar.
Berbagai pihak mengapresiasi langkah politik Ketua DPR RI yang juga Calon Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet), yang berani mengambil resiko untuk mendukung terselenggaranya Munas Partai Golkar pada bulan Desember 2019, sesuai keinginan Airlangga Hartaro Ketua Umum Partai Golkar saat ini. Seperti diketahui Bamsoet adalah adalah rival terkuat Airlangga dalam kontestasi memperebutkan kursi Ketua Umum Partai Golkar periode 2019-2024.
Persetujuan Bamsoet agar Munas dilaksanakan pada bulan Desember, dan bukan dipercepat sebagaimana aspirasi para pendukung Bamsoet selama ini, ditempuh semata-mata untuk menjaga stabilitas politik nasional. Langkah bijak Bamsoet itu untuk menurunkan tensi politik internal di tubuh Partai Golkar, dalam kerangka besar menjaga situasi politik nasional yang damai, sekaligus maupun mencapai situasi internal Partai Golkar yang adem dan solid.
“Langkah yang diambil Bamsoet patut mendapat apresiasi. Sebagai seorang politisi senior, memang harus mememiliki dua hal yang utama yakni kesabaran dan ketenangan, mengingat politik itu selalu dinamis dan penuh kejutan. Di dalam politik tidak boleh cepat merasa puas apalagi jumawa di awal, sebab hasil selalu hadir di akhir cerita kompetisi,” ujar Inisiator Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG), Sirajuddin Abdul Wahab yang Fungsionaris DPP Partai Golkar yang juga die heart pro-Bamsoet.
Selain itu, lanjut Sirajuddin, langkah politik seperti ini hanya bisa lahir dari kebesaran hati dan ketegaran jiwa seorang pemimpin seperti Bamsoet yang mengerti bagaimana cara berpolitik yang sehat dan mendidik.
“Bamsoet adalah seorang negarawan. Hanya seorang negarawan yang mampu memosisikan kepentingan internal partai di bawah kepentingan atau agenda kenegaraan. Bamsoet layak diapresiasi, sebab ia sangat mahfum, bahwa politik itu bukan semata bicara cara-cara meraih kekuasaan, tetapi ada hal yang jauh lebih besar dan substansial, yaitu kedamaian, soliditas, kesejahteraan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” papar Sirajuddin.
Tokoh KNPI asal Nusa Tenggara Barat ini menegaskan, kebijaksanaan pemimpin seperti Bamsoet yang kita perlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada saat ini dan di masa datang. “Di tengah situasi sosial politik yang panas dan penuh ketegangan psikopolitik, Bamsoet hadir dengan membawa cawan hikmat kebijaksanaan, dan itu memberi kepastian dan optimisme pada kita semua bahwa Indonesia masih memiliki pemimpin-pemimpin yang berhati baik dan bijak,” pungkas Sirajuddin.