Cakraline.com. Arifin (60), salah seorang korban pengeroyokan yang dituduh maling di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Pati pada Kamis, 6 Juni 2024 lalu, kini kondisi kesehatannya terus membaik.
Arifin bersama dua rekannya Komar dan Suwandi lolos dari pengeroyokan oleh sejumlah warga Desa Sumbersoko, setelah mengalami kekerasan fisik yang mengerikan. Dibanding kedua rekannya Arifin mengalami cedera paling parah. Kedua kakinya patah, wajahnya penuh luka.,
Sedangkan Burhanis pemilik rental mobil Cempaka Mitra, tewas dalam peristiwa tersebut. Para pelaku pengeroyokkan sudah ditangkap dan tahan di Polda Jawa Tenggah.
Arifin yang akrab disapa Opung meski kondisinya terus membaik, untuk berjalan dia harus dibantu dengan memakai tongkat. “ Sesekali masih terasa pusing,” ucap Opung. Rasa sakit dikepala bagian belakang itu kemungkinan akibat hantaman benda-benda tumpul saat terjadi pengeroyokan.
Karena tak punya keluarga di Jakarta, Opung mantan sopir angkot miliki Burhanis itu dibantu oleh ibu-ibu tetanggan tempat tinggalnya Arfin mengaku agak kesulitan mengerakkan batang leher. Dia mengaku mengalami cedera berat kepala belakang. Cedera itu disebabkan bekas pukulan benda tumpul, seperti helm. “ Masih trauma,nggak mau lagi kalau ada yang ngajak<’ ucap Arifin.
Opung tak ingat secara detil bagaimana suasana mencekam dan menyeramkan ketika terjadi pengoroyokan oleh warga siang itu. Yang dia ingat siang itu sampai dilokasi rombongan menemukan mobil di parkir dihalaman rumah warga. Burhanis mengambil mobil tersebut
Mobil tersebut sewa seseorang saat mudik Lebaran, kemudian si penyewa menambah durasi sewa hingga dua bulan. Pihak rental tidak mempermasalahkan, apalagi mobil tersebut terpantau GPS masih beradsa di sekitar Jabodetabek.
Pada bulan ketiga moil tersebut terpantau ada di Pati. Burhanis men gajak tiga anak buahnya untuk menyemput, dia membawa kunci cadangan dan BPKB sebagai bukti kepemilikan. . “Waktu kita datang desa itu sepi, nggak ada orang. Pak Haji hampiri mobil itu, ia mengunakan kunci cadangan,” kata Opung.
Sambil berusaha duduk Arifin melanjutkan, “ Pak Haji di mobil itu sendiri, saya bersama dua teman menunggu di mobil yang dibawa dari Jakarta,” sambung Opung.
Saat hendak meninggalkan lokasi mereka diteriaki maling. Opung mengaku panik. “ Kita diterikai maling, “ ucapnya. Yang dia ingat, ketika keluar dari mobil dikerumuni banyak orang, terus digiring kesatu tempat kemudian mereka mereka mengalami kekerasaan. “ Terus diteriaki maling. Kita terpisah dari pak haji,” ingatnya.
Mereka sempat protes, mereka datang untuk mengambil mobil yang disewa tapi tak dikembalikan. Orang-orang itu tak ada peduli mendengar pengakuan itu, mereka terus dikeroyok.
Arifin tidak tahu bagaimana mereka disiksa karena sudah dalam keadaan tak sadarkan diri. Yang dia ingat sebelum dikeroyok ada yang memegang kedua tangannya, ia tak bisa melawan. “ Dipukul, sudah nggak tau apa-apalagi. Sudah pingsan,” ingatnya.
Dia meneruskan, “ Saya banyak yang lupa, apa yang saya ingat saja ya diceritakan. Waktu di rumah sakit Polisi juga nanya-nanya. Banyak yang nggak ingat..”
Opung tidak tahu berapa lama dia dan kawan-kawan dikeroyok, dia tak mengetahui bagaimana nasib Burhanis, dia juga tak tahu yang siapa yang mengevakuasi sampai dibawa ke rumah sakit. Opung baru sadar ketika sudah beberapa jam dirawat dirumah sakit.
Bersama Komar dan Suwandi, ia dirawat dalam satu kamar. Hari pertama dirawat belum mengetahui bagaimana nasih bosnya. “ Dua hari dirawat baru dapat kabar bos sudah meninggal, sedih banget,” terangnya.
Karena kondisi cukup parah Arifin harus menjalani perawatan di RSUD Soewondo, Pati, namun ia minta pulang, melanjutkan pengobatan di Jakarta