Cakraline.com. Amelia A Yuni istri Letkol (E) Irfan Suri, salah satu anggota TNI AL yang bertugas di KRI Nanggala 402, terlihat tegar saat menerima tamu yang datang mengucapkan belasungkawa dikediamannya Perum Grand Harmoni BNR, Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Selasa (27/4/2021).
Letkol Irfan Suri, yang dinyatakan gugur bersama 52 awak lainnya, setelah kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam dan terbelah tiga saat menggelar latihan di perairan Bali pada Rabu 21 April 2021 lalu.
Ada yang tak biasa dirasakan Amelia sebelum suaminya berlayar. Amelia tiba-tiba merasakan rasa rindu yang luar biasa.
”Siang hari itu (Rabu), saya kok merasa kangen terus, rindu banget pada suami, perasaan rindu itu tak seperti biasanya. Kangen itu membuat saya menanggis,” ungkap Ameli A Yuni, dirumahnya.
Amelia mengaku harus memendam perasaan rindu itu sendiri, tidak tidak bisa mengungkapkan perasaan tersebut pada suaminya. Dia yakin siang itu suaminya sudah bergabung bersama 52 pasukan lain dalam kapal.
Perempuan lulusan sekolah penerbang itu menceritakan, saat berangkat dinas, Irfan selalu mengabari dia soal posisinya. Tetapi pada Rabu, tidak ada kabar apapun yang dia terima dari sang suami.
“ Biasanya kalau mas Irfan berangkat layar, dua hari itu selalu ngabarin: udah sampai sini. Tetapi sampai Rabu siang tidak ada kabar. Dan itu membuat saya kangen banget. Itu sebelum kejadian (Nanggala hilang),” tutur Amelia.
Nama Irfan Suri berada di nomor urut ke-50 penumpang KRI Nanggala 420 dengan status Non ABK (Non Kru). Sebelumnya Irfan bertugas sebagai staf protokol Mabes Al. Ini adalah kali pertama Irfan bertugas di kapal selam Nanggala-402. Dia mendapat mandat sebagai supervisi dari Mabes AL dalam latihan tempur penembakan torpedo.
Irfan Suri merupakan adalah anak keenam dari tujuh bersaudara anak M Hasan Yakob. Ibunda sudah meninggal dunia, beberapa tahun lalu. M Hasan Yacob adalah Kepala SMAN 3 Banda Aceh, dan Kepada Sekolah Rumah Bangsa.
Diceritakan Amelia, suaminya memang sudah lama ingin mendapat tugas di kapal selam, karena dia merasa itu adalah tangung jawabnya. ”Jadi karena dia mau, tentunya dia senang ya. Mungkin dia ada rasa tanggung jawab makanya kepingin ikut,” papar Amelia.
Irfan lulus dari Akmil (Al) pada 2002, kemudian mendapat tugas di di KRI Badik, KRI Baracuda, Pattimura dan KRI Yos Sudarso. Perempuan yang pernah bekerja di Garuda memgungkapna rasa bangganya suaminya bisa menjadi bagian dalam latihan di kapal selam.
Meski ini adalah pengalaman pertamanya, dia merasa mendapat kehormatan ikut dalam latihan bersama Nanggala 402, sebagai supervisi Terpedo. ”Dia bangga, ini kehormatannya baginya latihan bersama Nanggala,” kata Amelia.
Amelia terakhir kali berkomunikasi dengan suaminya, Senin (19/4) pukul 11 WIB. Irfan pamit berlayar dari rumah hari Kamis (15/4/2021) untuk persiapan kapal di Surabaya, Irfan baru baru naik ke kal Nanggala pada Senin (19/4/2021) jam 11.00 WIB.
” Ma pamit berangkat berlayar, doain ya ma, Insha Allah, sampai ketemu lagi ya. Itu saja. Itu
kebiasaan dia setiap mau pergi tugas. Tidak ada yang khusus, memang seperti itu dia setiap mau berangkat berlayar,” kenang Amelia.
“Dia pamit sama saya mau naik kapal jam 11.00 WIB hari Senin. Tidak ada pikiran apapun dalam benak saya,” tuturnya.
Ayah dari Aisyah Lathifah Putri (13) Muhammad Tsaqif Ramadhan (70 dan Hanif Hamizan Putra (2,5 tahun), mengabarkan kalau dia bersama KRI Nanggala 402. “Setelah pamitan, dia bilang: Ayah jadinya naik KRI Nanggala mam, sesuai keinginan ayah. Itu yang dia bilang. Jadi memang dia mau, ” ungkap Amelia.
Dua hari tak berkomunikasi membuat Amelia merasa kangen. ”Ini saya nggak ada kabar, sebelum kejadian itu yang membuat saya nanggis,” ucap Amelia.
Amelia tak merasa punya firasat apapun. ”Enggak ada, sama sekali nggak ada. Tidak ada mimpi gigit copot lah, atau tanda apapun,” ujarnya.
Sebagai istri Amelia menegaskan dia hanya bisa mendoakan agar tugas berjalan lancar. selamat kembali berkumpul bersama keluarga. Karena itulah, meski dua hari tidak berkomunikasi dirinya tidak merasakan firasat atau tanda apapun.”Firasat sih tidak ada. Seperti berangkat mau pergi kerja saja. Hanya pamit seperti biasa,”ujar Amelia.
Di saat hatinya bimbang, sedih dan kangen itulah Amelia selepas berbuka puasa mendapat kabar dari Mabes Al, mengabarkan agar bersabar dan banyak berdoa. Pikirannya menarawang apa yang terjadi dengan Nanggala 402.
Puncak kecemasannya saat petugas TNI AL datang kerumah mengabarkan KRI Nanggala hilamg kontak dan sedang dalam pencarian. ”Ada yang datang kerumah, kapal hilang kontak kejadianya subuh, karena dalam misi pencarian kantor baru kabarkan sekarang. Pihak kantor datang kerumah, supaya tidak mendengar kabar dari mana-mana,” ucapnya.
Amelia tak bisa menahan tanggis. ”Perasaaan saya rasab diaduk-aduk. nggak bisa berpikir jernih saya,” ucapnya. Sambil berlinang air mata dia mengambil air wudhu. ”Saya berdoa, sambil bertanya, mudah-mudahan segera ada kabarnya. itu saja, “terangnya.
Amelia meneruskan, ia kehilangan selera makan. ”Saya langsung lemas, nangis terus-terusan. Setelah itu saya saat mohon petunjuk Allah.”
Kini Amelia sudah iklas. ”Alhamdulilah, saat ini sudah berusaha tegar mulai iklas,” ucapnya..
Sementa itu pemerintah Aceh melakukan kunjungan ke Rumah Duka salah satu korban kapal selam KRI Nanggala 402, Letkol Laut (E) Irfan Suri, yang merupakan putra Aceh.
Kunjungan tersebut dalam rangka takziah dan silaturahmi dengan keluarga Almarhum Letkol Irfan Suri, yang dinyatakan gugur setelah kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam dan terbelah tiga saat menggelar latihan di perairan Bali pada Rabu 21 April 2021 lalu.
“Kita baru selesai kunjungan takziah dan silaturrahmi ke rumah keluarga almarhum selanjutnya begitu kita jumpa dengan istri dan ibu mertua almarhum kita sampaikan ucapan turut belangsungkawa dan titipan salam dari bapak Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT,” ujar Kepala BPPA melalui Kasubid Antar Lembaga dan Masyarakat BPPA, Ir Cut Putri Alyanur.
Cut Putri menyampaikan, Pemerintah Aceh terbuka bagi keluarga Almarhum Letkol Irfan Suri jika memerlukan bantuan.
“Selanjutnya kami juga menitipkan pesan kepada istri dan ibu mertua almarhum. Apabila ada membutuhkan pertolongan daripada Badan Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta,” ujar Cut Putri.
Selain silaturahmi dan takziah, Pemerintah Aceh juga menyalurkan bantuan kepada keluarga Almarhum, sebagai bentuk solidaritas dari Pemerintah Aceh.
Irfan Suri lahir di Samalanga, Kabupaten Bireuen, 4 Januari 1981. Anak keenam dari tujuh bersaudara pasangan M Hasan Yacob dan Rohani (Alm). Keinginan Irfan mejadi prajurit TNI sudah tertanam sejak dia di bangku SD. Cita-cita itu mendapat dukungan pula dari abangnya, Muhammad Arifah yang juga anggota TNI berpangkat Letkol.
Sejak lulus Akademi Militer pada tahun 2002 Irfan langsung mengabdi di angkatan laut, terkhusus di departemen elektronika.
Alumni SMA Modal Bangsa ini juga pernah meraih penghargaan Satya Lencana Kesetiaan gang diberikan kepada prajurit yang telah mengabdi selama 16 tahun lamanya.