Anggota DPR/MPR 2019-2024 Agun Gunandjar Sudarsa menegaskan, Indonesia tidak akan pernah bisa sejahtera dan menjadi negara besar yang berpengaruh di kancah politik dan ekonomi dunia apabila rakyat dan elit-elitnnya bertikai terus.
“Sudah saatnya kita bersatu dan menaati proses politik konstitusional yang sudah kita jalankan melalui pemilihan angota legislatif dan presiden 2019,” tegas Agun Gunandjar Sudarsa saat menjadi narasumber dalam dialog Kebangsaan di Kabupaten Ciamis, Kamis (10/10/2019).
Dikatakannya, mematuhi proses politik konstitusional menjadi sangat penting, karena 20 Oktober 2019 nanti kita akan melaksanakan sidang MPR RI guna pelantikan presiden dan wakil presiden. “Mari kita ciptakan situasi kondusif, guna kemajuan, kehormatan bangsa kita,” imbau Agun.
Dalam Dialog Kebangsaan yang bertema “Mengokohkan Persatuan Berlandaskan Empat Pilar Bebangsaan” itu, Agun menegskan, nilai-nili falsafah Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi negara, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, harus menjadi rujukan dalam menghadapi perbedaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kita tidak bisa memaksakan kehendak dalam memberikan pembenaran kepada diri kita, dan menyatakan orang lain yang berbeda pemikiran dengan kita, salah. Kesempurnaan hanya milik Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujar Agun Gunandjar Sudarsa.
Dialog Kebangsaan itu diselenggarakan DPC Pepabri Kab Ciamis. Dihadiri Bupati dan wakilnya, Ketua DPRD, Dandim 0613, Kapolres, Ketua MUI Kab Ciamis, perwakilan tokoh agama, masyarakat, KNPI, Organisasi Kepemudaan, Kemahasiswaan intra dan extra kampus, Dekan Univ Galuh, FKPPI, sejumlah LSM dan Media.
Anggota DPR-RI perwakilan Kab Ciamis, Kuningan, Banjar dan Pangandaran ini menjelaskan, perbedaan itu sudah ditakdirkan Allah. Manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Untuk mencapai kesempurnaan manusia harus melaksanakan ikhtiar dan doa.
“Untuk mempererat persatuan dan kesatuan, kita harus membangun dan mewujudkan aliran dan perilaku saling mengakui, menghargai dan menghormati perbedaan. Hanya dengan itu kita bisa bekerja membangun bangsa yang lebih maju dan sejahtera dalam kontestasi persaingan global,” papar dia.
Nara sumber lainnya juga mengungkapkan hal yang sama. Mereka sepakat semua perbedaan itu harus dikembalikan kepada nilai-nilai filosofis Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi negara, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita, dengan menyatakan Benar, dan yang lain yang berbeda dengan kita, salah. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu milik Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.