Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si, bersama Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Margaret Aliyatul Maimunah dan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Pradono Handojo, melakukan kunjungan serta memberikan keterangan terkait perkembangan kondisi para korban insiden di SMA Negeri 72 Jakarta pada Sabtu (8/11)

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo wali pernyataannya dengan menyampaikan kabar terkini mengenai kondisi para siswa yang menjadi korban. “Baru saja kita melihat kondisi terakhir dari saudara-saudara kita, anak-anak kita yang saat ini dirawat di RS Islam Cikini,” ujarnya.
Beliau menjelaskan bahwa dari jumlah awal korban sebanyak 96 orang, kini sebagian besar telah pulang. “Alhamdulillah, dari jumlah awal 96 orang saat ini yang masih dirawat di RS Islam Cempaka Putih ada kurang lebih 14 orang, kemudian di Yarsi ada 14, dan satu lagi di Pertamina. Total yang masih dirawat kurang lebih 29 orang,” jelas Kapolri.
Sebagian korban menjalani rawat jalan. “Secara umum, kondisi berangsur membaik. Saat ini masih ada dua pasien yang dirawat di ICU dan memerlukan perhatian khusus,” tambahnya.
Kapolri juga mengungkapkan bahwa Polri telah menyiapkan dukungan psikologis bagi para siswa. “Kita membangun pusat trauma healing, bekerja sama dengan KPAI serta para dokter dan psikolog yang diperlukan untuk memberikan bantuan terkait pemulihan jiwa,” ujarnya.
Selain itu, Polri juga terus mendalami penyelidikan di lokasi kejadian. “Kemarin di SMA 72 ditemukan beberapa barang bukti pendukung, dengan jenis dan tulisan berbeda, yang sedang kita kumpulkan untuk mendapatkan gambaran utuh penyebab kejadian ini,” jelasnya.
Kapolri menegaskan bahwa pihaknya masih mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk media sosial dan pihak keluarga, sebelum memberikan keterangan resmi. “Nanti secara lengkap akan kita rilis secara resmi setelah semua data terkumpul,” tegasnya.
Meski begitu, ia menyampaikan rasa syukur atas semangat para siswa yang masih ingin bersekolah. “Kami senang karena anak-anak kita masih semangat untuk kembali ke sekolah. Terhadap trauma yang ada, tugas kita bersama untuk terus mendorong agar mereka bisa pulih sepenuhnya,” kata Kapolri.
Sementara Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, menyampaikan rasa prihatin mendalam atas peristiwa ini dan menekankan pentingnya pemulihan menyeluruh bagi para siswa. “Kami tentu menyampaikan perhatian mendalam atas kasus ini. Ada beberapa hal yang perlu menjadi atensi, yang pertama tentu fokus kepada layanan kesehatan bagi anak-anak korban di semua tempat,” ujarnya.
Margaret menambahkan bahwa pemulihan yang dilakukan tidak hanya bersifat fisik. “Pemulihan ini sifatnya bukan sekadar fisik, karena beberapa anak mengalami gangguan pendengaran. Penanganan trauma healing dan aspek psikis juga sangat penting, tidak hanya bagi anak-anak yang luka, tapi juga bagi seluruh siswa di sekolah,” katanya.
KPAI juga menyoroti dugaan pengaruh konten media sosial terhadap insiden tersebut. “Dari hasil pengawasan,ada dugaan bahwa ada pengaruh konten di media sosial. Ini perlu menjadi perhatian, terutama bagi Kominfo, agar ada sistem perlindungan yang lebih kuat terhadap konten negatif,” ungkapnya.
Direktur Utama Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Dr. Pradono Handojo, MBA, MHA, menyampaikan perkembangan kondisi medis para korban.
“Penanganan pra-rumah sakit yang cepat memungkinkan evakuasi yang juga cepat dan matang. Sampai saat ini, IGD kami sudah kembali clear karena tidak ada lagi pasien korban dari SMA 72,” ujar Pradono.
Ia menambahkan, “Pasien yang sudah pulang ada 29 orang, sementara yang masih dirawat ada 14 orang.” Menurut Pradono, secara fisik para korban relatif cepat pulih karena faktor usia.
“Pemulihan jasmani akan terjadi dengan cepat karena karakter anak-anak masih muda, kecuali pada bagian pendengaran. Sekitar dua pertiga pasien mengalami gangguan pendengaran,” jelasnya.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa pemulihan psikologis juga menjadi tanggung jawab bersama. “Pemulihan setelah jasmani kembali normal merupakan tugas besar kita bersama, yaitu konseling psikologis dan pencegahan agar hal ini tidak terulang kembali,” ujarnya.
Kapolri juga menambahkan penyelidikan terhadap motif pelaku masih berlangsung. “Itu salah satu bagian dari upaya kita untuk mengungkap motif. Informasi-informasi yang terkait sedang kita kumpulkan untuk mendapatkan gambaran lengkap,” jelasnya.
Kapolri menegaskan bahwa pihaknya belum dapat merilis hasil penyelidikan secara resmi. “Secara lengkap tentu akan kita rilis nanti setelah semua informasi terkumpul,” katanya.
Kondisi terduga pelaku semakin membaik. “Yang jelas, untuk terduga pelaku kondisinya semakin membaik, dan mudah-mudahan itu akan mempermudah proses penyidikan,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Saat ini baru satu (terduga pelaku) yang kita dapati, namun penyisiran terus dilakukan untuk memastikan apakah ada pihak lain yang terlibat. Saat ini tim masih bekerja.”
Kapolri juga mengungkapkan bahwa terduga pelaku merupakan salah satu siswa sekolah tersebut. “Terduga pelaku saat ini merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut,” ujarnya.
Korban dirawat di ICU, tidak boleh berinteraksi dengan masyarakat agar tidak terjadi potensi peradangan atau infeksi. Karena itu, dibutuhkan isolasi.





