Pendakian ke Gunung Rinjani bisa jadi memberi pengalaman berbeda bagi setiap pendaki. Salah seorang diantaranya adalah Syehvalif Syahru Duante. Alumni Universitas Buya Hamka (Uhamka) Muhamadyah Fakultas Psikologi, Jakarta Selatan, berbagi pengalaman petualang mendaki Rinjani.

Pendakian pertama saat, ia merayakan kelulusan bersama teman-teman September 2022. Satu tahun kemudian, ia kembali melakukan pendakian. Alif Duante panggilannya juga sudah melintasi beberapa gunung di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Khusus Rinjani, selain melakukan pendakian, pada pendakian kedua, ia selama enam bulan memilih menetap di Sembelun dirumah sahabatnya Rendy.
Duante dan Rendy punya hobi yang sama, selain mendaki gunung juga fotografi. Duante mengerjakan sejumlah proyek foto prawedding di sekitar Rinjani. Petualangan indah itu kerap dibagikan di media sosial
Dibalik keindahan Rinjani terdapat medan yang berat yang tidak bersahabat. Menuju puncak, semua jalurnya rawan yang paling rawan kenal jalur leter E, tempat korban Juliana Marins (Pendaki Brazil) terperosok Jurang arah Danau Sagara Anaka dengan ketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Duante menceritakan, ketika melawati ini pendaki sudah kelelah, karena medan yang berat, stamina menurun, sehingga diperlukan konsentrasi penuh.
“Medan berat di Rinjani sudah pasti dari pos terakhir dari Plawangan ke puncak, kurang lebih durasi 6 sampai 7 jam, start jam 1 dini hari, biasanya sampai letter E sekitar jam 4 sampai 5 an, mulai dari Punggungan itu jalur sudah kecil,” ungkap Duante, Kamis (3/7/2025).
“Lintasan ini sangat berbahaya, banyak bebatuan, batu kecil dan pasir. “Belum lagi topografinya yang terbuka, kebanyakan mental pendaki pun kadang jatuh karena melihat puncaknya masih jauh,” bebernya
Duante menceritakan, belum lagi jika terjadi badai. Meski berat melintasi jalur ini pendaki dari berbagai belahan dunia pasti selalu ingin menaklukkan. “Badai di Rinjani uniknya ada 2, ada hujan sama adi angin, kalau lagi musim kemarau, tiba tiba ada angin dari Barat, lebih baik turun karena posisinya sudah pasti akan ada badai besar,” ungkap Duante yang sangat mengemari videografi.
Karena itu diperlukan persiapan fisik yang baik. “Kalau secara persiapan sebenernya harus mateng dari fisik, mental pengetahuan pendakian, walaupun semateng- matengnya rencana kalau kondisi tertentu nggak bisa dipaksain, karena kondisi jalurnya terbuka. Banyak pendaki yang istirahat di sela -sela batu biar ngga kena angin, karena kondisinya dingin,” jelasnya..

Jalan tandus makin keatas makin tipis. “Jalur letter E nggak beda jauh sama Gunung Semeru, menuju puncak berpasir sama berat. Kalau fisik stabil, nggak siap sama teknik jalannya salah sudah pasti nguras tenaga. Jalur letter itu lebih kurang 6 sampai 7 km. Kalau elevasi dari Plawangan itu kurleb di 2.640 an mdpl, “ bebernya.
Biasanya sesama pendaki maupun guide sering memberikan peringatan kalau sekiranya kondisi berkabut/berangin lebih baik tidak melanjutkan perjalanan.
“Kalau buat pemula sebenarnya nggak disaranin buat langsung naik Rinjani, pengecualian sudah ada yang pernah kesana setim pendakian/ pakai guide, biar lebbih safety. karena jalur yang berat, belum lagi kalau turun ke Sagara Anak, melintas ke Torean,” katanya.
Pulang
Pendaki yang juga mengemari diving itu menegaskan, keselamatan seorang pendaki harus utama. “Salah satu spot yang paling diminati di Torean yang dikenal sebagai di Jurrasic Parknya, diapit lembah, jalurnya miring dan harus pegangan tambang/webbing, hilang fokus dikit bisa mati karena langsung ke Jurang. Persiapan untuk turun harus matang, kalau dibilang ngejar puncak sebenarnya lebih ngejar keselamatan karena tujuan mendaki bukan puncak tapi pulang dengan selamat dengan apapun hasilnya,”ungkap Duante.

Alif Duenta mengingat kembali rute pendakian yang dilakukannya. Rute dari Basecamp ke pos 2 sebenarnya bisa naik ojek, memotong waktu pendakian. Di pos 2 melakukan pengecekan dan check in Taman Nasional. Perjalanan lanjut sampai ke Plawangan bbutuh waktu sekitar 4 sampai 5 jam (tergantung kecepatan jalan) kalau santai bisa lebih dari itu.
“Posisinya yang paling nguras tenaga menuju puncak makanya dari basecamp banyak yang nyaranin naik ojek biar ngehemat waktu dan tenaga,” ujarnya.
“Dibalik medan berat itu, emang nggak bisa dipungkiri, gunung paling cantik ya Rinjani. Rocky Gerung pernah bilang, Rinjani perpaduan dari lanskap Nepal, lembah, danau di tengah gunung yang semua jadi satu. Kebanyakan gunung punya ciri khas masing masing, di Rinjani semua jadi satu.
Ketika melintas turunan ke Torean, ia mempunyai pengalaman menarik, membantu seorang ibu yang membawa anaknya menuju suatu tempat melakukan ibadah spiritual. Sebelum jalur ini dibuka, jalur tersebut merupakan jalur tempat ibadah.
“Sebagian masyarakat percaya air Danau Sagara Anak adalah air suci. Tahun 2018/2019 (kalau nggak salah) jalur itu dibuka jadi jalur pendakian,” tutup Alif Duante.