Cakraline.com. Tangerang. Ketua Dewan Pertimbangan MUI kota Tangerang periode 2021-2025 KH Edi Junaidi Nawawi (82), sesaat setelah memberikan pengarahan dalam Rapat Kerja Daerah MUI Kota Tangerang, Rabu 15/09/2021) di Gedung MUI Kota Tangerang, meninggal dunia.
Suasana haru penuh duka mewarnai acara pembukaan Rapat Kerja Daerah MUI tersebut. Isak tangis putra beliau dan pengurus MUI pun pecah saat KH Edi Junaedi dipapah dari kursi tempat duduknya dilarikan ke rumah sakit. Menurut pihak rumah sakit beliau sudah berpulang sebelum sampai ke Rumah Sakit.
Acara Rakerda MUI Kota Tangerang itu dihadiri dan dibuka Wakil Walikota Tangerang H Sachrudin. Diampingi Ketua MUI KH Baijuri Khatib, Pengurus Harian serta Ketua Ketua Komisi MUI Kota Tangerang.
Tidak ada tanda tanda KH Edi Junaedi akan di panggil Allah SWT. Dalam memberikan pengarahan almarhum berbicara lancar, stabil dan tetap bersemangat. Wakil Walikota Tangerang menyimak wejangan dan amanat almarum KH Edi dengan seksama.
Dalam pengarahannya yang sekaligus dapat dikatakan sebagai amanat itu, banyak sekali catatan penting yang harus terus dilaksanakan MUI, para kiai, ustad dan ustazah serta pemerintah Kota Tangerang.
Kepada pengurus MUI kota Tangerang almarhum mengamanatkan agar terus istiqamah dalam menjalankan amanat. “Hanya MUI Kota Tangerang yang boleh dikatakan konsisten dalam menjalankan program-programnya, termasuk dalam menerbitkan naskah naskah khutbah jumat,” papar Kiai Edi.
Untuk penerbitan khutbah Jumat itu, almarhum beruangkali menekankan untuk tetap diteruskan, tidak terhenti. Alasannya, khutbah Jumat itu ditunggu dan dibaca oleh hampir seluruh jamaah masjid di Kota Tangerang dan sekitarnya.
Untuk diketahui, lanjut almarhum lagi, lebih dari seperuh dari 620 masjid yang ada di kota Tangerang membaca khutbah jumat itu. “Kelihatannya program itu tidak terlalu signifikan, tetapi justru itu merupakan bagian dari syiar Islam yang paling efektif dalam membina karakter umat menjadi manusia manusia ihsan,” tegas almarhum lagi.
Almarhum kiai Edi juga menyinggung tentang anggaran yang dibutuhkan MUI serta pertisipasi pemerintah dalam hal itu. Menurt beliau, anggaran dan fasilitas yang dialokasikan untuk MUI Kota Tangerang jauh berbeda dengan anggaran yang dialokasikan untuk guru sekolah umum yang begitu besar.
“Tugas MUI itu sangat berat dan multikompleks. Namun, sering kurang terperhatikan. Dalam sejarah, baru satu kali MUI menerima anggaran sebesar Rp2 miliar (untuk setahun) di bawah kepemimpinannya yang selama tiga periode. Anggaran itu terus menurun hingga Rp750 juta saat ini. Beda dengan gaji guru yang mencapai belasan juta perbulan,. Yang mencapai miliaran pertahun.” ujar Kiai Edi.
Almarhum mengingatkan kepada semua pihak, bahwa kelihatannya tugas MUI itu ringan. Hanya dakwah dan Fatwa. Namun, dalam implementasinya sangat berat. Tidak hanya butuh perjuangan, ilmu dan kesabaran, tetapi juga anggaran, ujarnya.
Namun begitu, Kiai Edi minta kepada Pengurus MUI untuk tidak berkecil hati. Ketua Umum yang baru harus terus mengembangkan organisasi MUI menjadi profesional dengan konsekuensi MUI harus membuat jobdiscription yang matang agar MUI bermanfaat untuk umat, bangsa dan negara.
Maskot ulama
Menurut salah satu Ketua MUI Kota Tangerang, Dra Hj Jundah MA, almarhum KH Edi, sang pemilik Pondok Pesantren Sabilil Falahiah itu adalah kiai yang sangat istiqamah dalam menjalankan tugasnya, yaitu berdakwah dan membina umat.
“Beliau adalah mascot untuk Kota Tangerang. Almarhum sangat inovatif dan kooperatif dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di MUI dan dengan umara (Pemerintah). Pokok pokok pikiran beliau cemerlang, didengar dan diterima oleh pemerintah.
Almarhum menjadi payung seluruh organisasi keagamaan dan paham keagamaan di Kota Tangerang. Almarhum juga diterima dan disulai seluh kalangan masyarakat. Almarhum tidak memikirkan kepentingan pribadi maupun keluarganya. Seluruh kehidupannya diwakafkan untuk umat, bangsa dan negara.