Cakraline.com. Madiun-Usia lanjut usia (lansia) dan sakit stroke tidak menghentikan seseorang untuk berkarya. Bahkan termotivasi “melawan” sakitnya. Salah seorang wartawan senior Santoso telah membuktikannya dan berhasil.
Saat kini berusia 65 tahun dan sedang proses penyembuhan dari stroke, Santoso aktif menulis buku. Juga terus membagikan pengalaman jurnalistiknya kepada para generasi muda.
Semua pengalamannya itu diceritakan kepada Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana saat silaturahim ke rumahnya pada Minggu malam, 13 Juni 2021 lalu.
Begitu jari dan tangannya terasa pulih dan bisa mengetik pasca kena serangan stroke, Santoso menulis buku berjudul “MELAWAN STROKE”. Buku itu dicetak mandiri pada Agustus 2020.
“Alhamdulillah bukunya terjual lumayan, hingga saya bisa menambah kontrak setahun rumah yang habis kontrak pada bulan September 2020,” tutur Santoso dengan wajah gembira.
Kebiasaannya beberapa tahun terakhir ini adalah rutin setiap tahun menulis buku. Tujuannya selain menyalurkan kemahirannya menulis, juga untuk mendapatkan uang buat bayar kontrak rumahnya selama setahun.
“Saat ini saya sedang menyiapkan buku berjudul “MY WIFE MY TREASURE”. Itu untuk mengapresiasi kesetiaan dan kegigihan istri saya selama mendampingi saya terutama saat stroke. Tentu juga untuk bayar kontrakan lagi hehehehehe…” Paparnya terus terang.
Santoso mentargetkan buku itu terbit sebelum September 2021. Agar uang hasil penjualannya bisa dipakai untuk bayar kontrakan rumahnya selama setahun.
Belakangan dia jadi tenang karena ada seseorang yang minta identitasnya dirahasiakan berkenan membayarkan kontrak rumahnya. Santoso sama sekali tidak menyangka hal tersebut. Dia bersama istrinya bersyukur campur haru.
“Jadi saya tidak perlu “ngoyo” menyelesaikan bukunya, karena sudah ada orang yang mau membayarkan kontrakan rumah saya,” jelasnya tertawa.
Sebelumnya Santoso sudah menulis banyak buku. Di antaranya berjudul “Bondet (Sisi Hitam Seorang Wartawan)”, “Love in Formosa” (novel), “Mengejar Bintang” (Otobiografi pengusaha Migas Tarmadji boedi Harsoyo), “Sang Penerus: (True Story Ketua Umum SH Terate Tarmadji Boedi Harsoyo), “Sang Penari” (Antologi cerpen), “Sandal Kumal” (antologi puisi), “Desah Napas Pahlawan Devisa”, dan “Cinta Pudar di Kaohsiung” (novel).
“Selagi masih sehat dan kuat saya insya Allah terus menulis buku. Targetnya setiap tahun minimal satu buku,” ungkap Santoso.
Sempat Depresi
Santoso menceritakan bahwa dirinya baru saja pemulihan dari sakit stroke. Keyakinan dan kegigihan yang membuatnya bisa lebih cepat proses penyembuhannya.
“Pada 11 September 2019, saat itu saya berangkat dari rumah untuk mengajar Jurnalistik di SDN 03 Nambangan Kidul Madiun. Saya naik motor. Kira-kira baru berjalan sekitar 2 km, tiba-tiba saja motor saya terasa oleng ke kiri,” jelas Santoso.
Dia melanjutkan, “Saya pikir ban roda depan gembos. Saya langsung berhenti di tambal ban yang tak jauh dari situ. Begitu berhenti, kaki kiri menginjak tanah, saya tidak kuat dan jatuh tertindih motor. Sejak saat itu saya langsung lumpuh separo kaki dan tangan kiri. Kena serangan stroke.”
Padahal selama ini laki-laki yang selalu gembira itu tak merasa gejala apa-apa. Rasanya sehat-sehat saja. Dalam kondisi itulah Santoso sempat depresi, mengingat ada salah seorang wartawan di Malang yang sampai 5 tahun belum pulih dari sakit stroke.
“Istri saya tiap hari bangun pukul 02.00 pagi agar bisa mempersiapkan jualannya. Setelah itu masih harus ngurusi saya, mandi, buang air besar, pakai pampers, dan lainnya,” terang Santoso.
Kondisi Itulah yang menjadi motivasinya agar segera bisa pulih. Dengan berbagai upaya mandiri agar tidak merepotkan istri dan cucu-cucunya.
Suatu hari ada seorang guru SMPN 12 Madiun yang datang ke rumahnya. Menanyakan soal ceramah literasi mandiri yang sudah dijadwalkan. Santoso langsung menyanggupi meski guru itu tidak yakin dirinya bisa karena sakit.
“Tapi saya tetap yakinkan guru tersebut bahwa saya mampu dan kuat. Padahal waktu itu saya baru saja bisa duduk. Itu pun masih dibantu,” ujar Santoso sambil mengenang perjuangannya.
Tepat 1 bulan pasca stroke, yakni 11 Oktober, meski dengan duduk di kursi roda, Santoso pun ceramah sekira 3 jam di depan 700-an siswa SMPN 12 Madiun. Dari sinillah muncul perasaan untuk semakin semangat pulih.
“Dalam hati saya berucap. Ternyata saya masih bisa. Ternyata saya masih berguna,” ujarnya lirih.
Sejak itu Santoso berlatih keras untuk bisa jalan. Tekadnya sudah bulat. Ingin mandiri. Tidak mau terus-menerus menyusahkan istri dan dua cucu yang tinggal serumah dengan dia.
Tepat 2 bulan, alhamdulillah Allah SWT mengizinkan bisa jalan lagi, meski masih tertatih-tatih. Dan sejak itu Santoso bisa mengajar ekskul Jurnalistik di sekolah-sekolah.
Berbagai Kejutan
Dr Aqua menyimak semua yang disampaikan Santoso. Setelah sebelumnya memberi kejutan kepada Santoso.
Berbagai kejutan menyenangkan beruntun diberikan Dr Aqua kepada seniornya Santoso. Mantan wartawan Jawa Pos yang sejak 2006 memutuskan pulang kampung ke Madiun dari Malang. Setelah sebelumnya lama tinggal di Surabaya, Jawa Timur.
Kejutan pertama terjadi pada Minggu malam, 13 Juni 2021. Sekira pukul 20.00 tiba-tiba Dr Aqua sudah berada di depan rumah Santoso di Perumahan Kartoharjo Indah Kota Madiun.
Sebelumnya mendahului anggota Lalu Lintas Polres Madiun Kota Aipda Siswanto mendatangi rumah tersebut. Memastikan bahwa itu adalah rumah Santoso.
Selama lima hari di Jawa Timur Dr Aqua ditemani Siswanto. Dijemput pada Minggu siang, 13 Juni 2021 di Bandara Adi Soemarmo Solo, Jawa Tengah. Kemudian diantar ke Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo hari Kamis, 17 Juni 2021 setelah menginap semalam di Malang. Bersama wartawan senior Nurcholis MA Basyari, laki-laki kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 23 Januari 1970 itu melanjutkan perjalanan ke Bandung untuk silaturahim.
‘’Apa benar ini rumah Pak Santoso?” Tanya Siswanto kepada cucu Santoso, Davi Pratama Putra yang sedang berada di teras.
Mendengar namanya disebut, Santoso yang sedang menulis di depan komputer di studio mininya langsung keluar.
Santoso kaget sekali karena ternyata yang di depannya adalah Dr Aqua. Salah seorang wartawannya saat menjadi redaktur di harian Jawa Pos. Mereka sudah sekitar 31 tahun tidak ketemu. Terakhir jumpa akhir Desember 1990.
“Ya Allah Mas Aqua,’’ begitu Santoso berteriak. “Ini benar-benar kejutan!” Lanjutnya dengan wajah sumringah.
Santoso langsung bisa menebak yang di depannya Dr Aqua dari dua buku “super best seller” berjudul “Humanisme Silaturahim Menembus Batas: Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana (Satu Kesamaan Yang Mampu Mengatasi Sejuta Perbedaan)” serta “Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Milenial: Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat untuk Sesama” yang disodorkan kepadanya.
Santoso mengajak Dr Aqua masuk ke rumahnya. Kemudian dikenalkan kepada istrinya Herry Siswati (64 tahun).
“Mas Aqua ini dulu badannya kurus. Sekarang gemuk. Hidupnya sejahtera. Kegiatan sosialnya luar biasa. Masya Allah… Sudah mengumrahkan ratusan orang,” kata bapak dua anak itu ke istrinya.
Herry berkomentar dengan mengatakan sering membaca berbagai tulisan Dr Aqua dan kiprahnya yang luar biasa di grup Whatsapp Cowas JP. “Saya suka membaca berita-berita tentang kegiatan Mas Aqua. Hebat! Ternyata sekarang ketemu langsung sama Mas Aqua,” ujarnya dengan wajah gembira.
Dua jam sebelumnya, sekira pukul 18.00, Santoso mendapat telepon dari wartawan senior Slamet Oerip Prihadi. Mengabarkan bahwa dia sedang berada di Sragen. Dalam perjalanan pulang ke Surabaya akan mampir ke rumah Santoso.
‘’Saya minta alamat yang jelas Mas San, sekalian Google map ya,’’ kata Slamet yang akan mampir sehabis salat Isya.
Ternyata yang datang bukan Slamet, tapi Dr Aqua. ‘’Saya memang wanti-wanti ke Mas Slamet agar tidak bilang kalau saya yang mau datang. Saya ingin membuat kejutan ke Mas Santoso,’’ kata Dr Aqua sambil tersenyum.
Kaget Pesanan Banyak
Kepada Santoso, Dr Aqua menanyakan kegiatannya sehari-hari selain menulis. Spontan dijawab kakek empat cucu itu, “Saya dan istri setiap pagi jualan Nasi Kuning dan Nasi Uduk di rumah. Pembelinya lumayan banyak.”
Mendengar itu Dr Aqua kembali membuat kejutan. Langsung memesan Nasi Kuning sebanyak 200 kotak. Harga tidak dipermasalahkannya. Berapapun pasti dibayarnya.
“Saya pesan 200 kotak Nasi Kuning. Besok pagi sekitar pukul 08.00 diambil. Mau saya bagikan kepada para anggota Polres Madiun Kota buat sarapan mereka,” ujar bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana itu.
Santoso dan istrinya kaget mendapat pesanan tiba-tiba sebanyak itu. Seakan tidak percaya. Mereka pandang-pandangan selama beberapa detik.
Karena pesanannya mendadak dan sudah malam, mereka menyatakan tidak siap membuat 200 kotak. Khawatir tidak mendapatkan bahannya.
Akhirnya disepakati 100 kotak. Begitu istri Santoso menyebutkan total harganya, Dr Aqua langsung membayar semuanya.
Kemudian mereka rundingan sejenak untuk pengadaan bahan-bahannya. Setelah itu Herry dan cucunya Davi pamit naik motor ke pasar untuk membeli 100 kotak dan kebutuhan lainnya.
Kejutan berikutnya saat mereka sedang berdua, Dr Aqua memberikan sejumlah uang kepada Santoso. Sebagai wujud penghormatan dari junior ke senior.
“Apaan ini Mas Aqua? Kok repot-repot? Makasih banyak ya,” kata Santoso sambil tersenyum.
Anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) itu belum berhenti membuat kejutan. Senin pagi, 14 Juni 2021 mantan wartawan di banyak media besar tersebut minta tolong kepada Siswanto menjemput Santoso di rumahnya. Kemudian diantarkan ke Hotel Aston Madiun tempat Dr Aqua menginap selama di Madiun.
Dr Aqua ingin menjamu Santoso sarapan pagi. Sekaligus minta nasihat kepadanya sambil ngobrol santai.
Selesai sarapan, Santoso diajak menghadiri Sharing Komunikasi dan Motivasi di Gedung Baramahkota Polres Madiun Kota. Pesertanya puluhan anggota Polri.
Berbagi Pengalaman
Kapolres Madiun Kota AKBP Dewa Putu Eka Darmawan yang mengundang Dr Aqua di acara itu. Temanya “Peran Polri di Era 4.0 Dalam Menghadapi Tantangan Tugas di Masa Pandemi Covid-19 untuk Mewujudkan Kamtibmas Kondusif Menuju Polri yang Presisi”.
Santoso mendapat tempat terhormat. Duduk di depan bareng para perwira Polres Madiun Kota. Dia kaget saat Dewa menyapanya dengan penuh hormat.
“Pak Santoso adalah gurunya Pak Aqua. Salah seorang yang berjasa dalam kehidupan motivator ulung ini,” jelas Dewa.
Belum lepas dari kejutan yang diberikan Dewa, Dr Aqua kembali melakukan hal serupa. Membuat Santoso makin bahagia.
“Pagi ini saya sengaja mengajak Mas Santoso ke acara ini. Beliau adalah guru saya. Besar jasanya kepada saya sehingga saya bisa meraih pencapaian seperti sekarang,” ungkap Dr Aqua.
Staf Ahli Ketua Umun Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat tersebut mengingatkan agar jangan pernah melupakan jasa seseorang sekecil apapun itu. Sebagai wujud rasa syukur dan rezeki dari Tuhan Sang Maha Kuasa.
Selama acara lebih dari dua jam, Santoso menyimak semua yang disampaikan muridnya itu. Sekali-kali bapak dari Oktavian Ariwibowo dan Nany Maharany Khrisnayanti itu mengangguk-angguk menandakan sependapat dengan yang disampaikan Dr Aqua.
Kejutan buat Santoso terus berlanjut. Seusai acara kakek dari Delviana, Delviani, Davi Pratama Putra, dan Febrian Dwi Arif Ardiyanto itu mengira langsung diantarkan pulang. Namun ternyata Dr Aqua mengajaknya makan siang.
“Silakan Mas Santoso pilih restoran terbaik di Kota Madiun ini. Kita makan siang di sana. Saya mau mentraktir Mas Santoso,” ujar Dr Aqua yang ingin menyenangkan gurunya.
Ternyata dia sudah banyak pantangan makanan. Setelah diskusi sama Siswanto akhirnya disepakati makannya di rumah makan Bambu Cita Rasa Jl Sulawesi 39 Kota Madiun. Santoso memilih menu Soto Ayam.
Kejutan terakhir adalah selesai makan siang Dr Aqua mengajak Santoso memenuhi undangan Kapolres Madiun Kota AKBP Dewa Putu Eka Darmawan ke resto Omah Cabe Jl Pahlawan Kota Madiun. Dewa didampingi Wakapolres Kompol Joes Indra Lana Wira, Kabagops AKP Herlinarto, dan Kasat Binmas Anis Heni Winarsih.
Saat mereka tiba di sana sudah banyak wartawan dan netizen. Dewa sengaja mengumpulkan mereka untuk diskusi sama Dr Aqua dan Santoso sebagai wartawan senior.
Seusai Dewa menyampaikan arahan, tiba-tiba Dr Aqua meminta Santoso untuk bicara. Berbagi pengalaman dengan para juniornya.
Meski kaget atas permintaan yang mendadak itu, Santoso tetap memenuhinya. “Jadilah wartawan yang mau terus-menerus belajar. Sehingga karya yang dihasilkan selalu berkualitas. Ini menyangkut kredibilitas sebagai pekerja pers,” tuturnya.
Seusai acara Dr Aqua mengantarkan Santoso pulang. Di rumahnya dia disambut penuh sukacita oleh istri tercinta Herry Siswati.
“Terima kasih Mas Aqua untuk semuanya. Sampai ketemu lagi. Silakan mampir kalau ke Madiun,” pungkas Santoso didampingi istrinya.