Cakraline.com. Jakarta – Pandemi corona virus yang berkepanjangan menyebabkan gedung bioskop harus diutup dan melumpuhkan industri film Indonesia yang sedang menikmati masa ke emasannya. Meski pemerintah sudah memberi kesempatan secara Ahmad Mahendra : Pelaku film tetap kraetif ditenggah pandemi covid-19.
Akibatnya film Indonesia bisa dipastikan bakal pindah layar dari gedung bioskop ke layar gawai. Ini terlihat dari seluruh film Indonesia yang baru diproduksi dan menanyakan via layanan OTT Apps (Over The Top). Sejumlah judul film yang sudah menayang via OTT, misalnya, The Story of Kale, Quarantine Tales (bioskoponline.com) My Lecturer My Husband (We Tv, dan lain-lain.
Menonton film secara streaming diharapkan menjadi alternatif produser untuk menayangkan film produksinya agar tidak mengalami kerugian lebih besar dan roda bisnisnya bisa terus bergerak.
“Ada tiga judul film mencoba keberuntungan di OTT yakni Sejuta Sayang Untuknya, Bidadari Mencari Sayap dan Nona itu hasil kerjasama dengan Disney + hotstar. saya kira ini menjadi salah satu alternatif yang perlu di coba sampai kita tahu bahwa, kita menghadapi persaingan yang ketat sesama mereka,” ujar Deddy Mizwar, dalam webinar bertajuk ‘2021, Bioskop atau OTT Apps?’ yang digelar Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI kerjasama dengan Demi Film Indonesia (DFI) pada Kamis (14/01/2021). Diskusi juga menghadirkan Nyoman Shuida (Deputi 5 PMK) mewakili Menko PMK Muhadjir Effendy.
Sejak beberapa tahun belakangan layanan hiburan secara streaming yang masuk ke Indonesia saat ini semakin banyak seperti HOOQ, Netflix, Iflix, Goplay, Disney + Hotstar, Vidio, Youtube, yang bisa dinikmati oleh masyarakat indonesia secara berbayar, langganan maupun gratis dengan didukung oleh iklan – iklan.
Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru, Kemendikbud, Ahmad Mahendra, membuka webinar tersebut tetap memberi semangat bagi para pelaku perfilman untuk tetap kreatif di tengah Pandemi Covid-19, baik lewat bioskop maupun OTT. “Kemendikbud melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru menyemangati pelaku film untuk tetap berkarya film, “ tegasnya.
Diakui Deddy Mizwar, bahwa bioskop tak akan dapat tergantikan meskipun OTT ini banyak memberi kemudahan. “Tak akan sama sensasi menonton di bioskop dibanding dengan menonton OTT di laptop ataupun handphone, “ ucapnya mantap.
Aktor yang terkenal dengan perannya sebagai Nagabonar itu menyampaikan, meski begitu OTT adalah salah satu sarana untuk mengenalkan film Indonesia ke mata dunia. “Hal ini tentu harus kita sambut dan gunakan dengan sebaik-baiknya, “ tandasnya.
Yan Widjaya, jurnalis senior dan pengamat film, menegaskan, sejak bioskop dibuka baru Tujuh judul film yang berhasil tayang di Bioskop. “Salah satunya, film produksi MD Picture berjudul ‘Asih 2’ yang tayang 24 December 2020. Sayangnya, perolehan penontonnya 194.894, yang tentu sangat jauh berbeda dengan film sebelumnya: ‘Asih’ yang tayang 11 October 2018 dengan raihan 1.714.798 penonton, “ terang Pak Yan.
Menurut Yan, film Hollywood ‘Wonder Woman 1984’ juga jeblok tayang di bioskop. “Film yang dibintangi Gal Gadot itu juga jauh dari apa yang diharapkan, “ ungkap Yan.
Wina A. Sukardi yang memaparkan tonggak-tonggak kejayaan film Indonesia, mulai dari film ‘G30S PKI’ yang sangat populer di Orde Baru, hingga film ‘Petualangan Sherina’ yang mampu tembus satu juta penonton. “Pada saat itu film Indonesia mulai dikenal dunia, para kalangan elit dan pemikir mulai berkolaborasi membuat karya seni film yang beragam, “ ungkapnya bangga.
Menurut Wina dalam Lima Tahun terakhir 2015 – 2019, rata-rata penonton bioskop per tahun mencapai angka 40 juta penonton dan menghasilkan 12 Triliun dari penjualan tiket. “Tahun 2020 mengalami penurunan signifikan bahkan tak sedikit para pekerja seni merugi dan PHK terjadi disana sini. OTT adalah layanan konten Film yang merupakan kanal untuk menonton film Bioskop. Harapannya OTT ini akan banyak diminati mengingat kondisi seperti sekarang ini, “ paparnya.