Cakraline.com – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, pola baru penangan pascabencana telah dilakukan di wilayah Bogor dan Lebak, Banten, yaitu menggabungkan pendekatan vegetatif dan masyarakat.
Pendekatan vegetative adalah penanaman pohon yang sesuai dengan kondisi lahan. “Jadi ada yang baru yang diharapkan Bapak Presiden Joko Widodo dalam menanggulangi bencana dan pemulihan lahan serta alam secara komprehensif dan terintegrasi dengan masyarakat,” ujar Menteri Siti Nurbaya, Selasa (4/2).
Dikatakan Siti Nurbaya, pola baru penanganan darurat bencana alam itu telah dilaksanakan sejak dirinya mendapat tugas dari presiden pada 6 Januari 2020 lalu, setelah bencana longsor yang membawa korban dan merusak puluhan rumah penduduk.
Untuk melihat perkembangan penanganan longsor Bogor itu, Presiden Jokowi bersama Menteri LHK Siti Nurbaya, Menteri PUPR Basuki Hadimulyono, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Bupati Bogor Ade Yasin melakukan peninjauan pada Senin (3/2) kemarin di Desa Harkat Jaya dan juga Desa Pasir Madang di wilayah Bogor.
“Setelah meninjau langsung kondisi lahan yang rusak karena longsor, dapat disimpulkan bahwa penanggulagannya harus ditangani satu paket, yakni rehabilitasi hutan dan lahan dan bangunan konservasi tanah dan air serta penanaman pohon,” ujar Siti Nurbaya..
Menurut dia, yang harus ditangani tak hanya pembuatan jalan untuk membuka isolasi oleh Kementerian PUPR, penanganan pengungsi, sekolah, pangan, bansos, kesehatan dan lain lain, tapi juga harus menanami bentang alamnya yang rusak ditanami pohon seperti vetiver, dalam kombinasi pepohonan dan bangunan konservasi tanah dan air atau ekohidrolika.
Pengendalian Konservasi Tanah dan Air
Lebih lanjut Siti Nurbaya mengatakan, yang kita lakukan dalam menangani bentang alam adalah dengan membuat bronjong berlapis. Bronjong dibuat oleh masyarakat. Jadi artinya, pada saat tanggap darurat, harus bersamaan dilakukan pembuatan dam penanahan air dan sedimen serta penanganan tebing, dan penanaman pohon.
Di daerah yang terjal bisa ditanami veriver, dan pada tebing yang tanahnya mudah terkelupas, bisa diperkuat dengan ditanami dengan sistem vertiver dibantu oleh coccomesh. Di tanah terbuka bisa dipakai coccomesh, atau jaring-jaring dari sabut kelapa dengan ukiran kibang kira-kira 2×2 cm. Ini sesuatu yang baru sebagai sistem pengendalian konservasi tanah dan air.
“Ini swakelola masyarakat, batu kali diambil dari pinggir kali oleh masyarakat. Ada upah untuk angkut dan batunya kita beli. Kemudian pekerjanya juga dari masyarakat yang kita bayar ongkos kerjanya. Ini kita lakukan sejak Perintah Bapak Presiden sejak awal Januari lalu” papar Siti Nurbaya.
Semua itu kata Menteri yang mendampingi Presiden meninjau lokasi, dalam tanggap darurat 1-2 minggu pengungsi itu wajar, lalu selanjutnya bagaimana? “Ini sekaligus hal yang baik, pendekatan dan keiukutsertaan masyarakat juga lebih intensif,” katanya.
Diketahui bersama bahwa terjadi bencana longsor dan banjir pada tanggal 1 Januari 2020 di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak, dengan jumlah desa terdampak sebanyak 13 desa di Kabupaten Bogor dan 27 desa di Kabupaten Lebak dengan 3.183 kepala keluarga.
Pemerintah dan Pemda telah mengambil langkah tanggap darurat dan pada tanggl 7 Januari/ Presiden meninjau secara langsung Desa Harkatjaya Kampung Banar, wilayah dengan bencana yang cukup besar dengan 7 orang wafat dan menurut laporan hingga tanggal 1 Februari2020 lalu, masih 3 orang belum diketahui keberadaannya.
Pada peninjauan langsung Presiden, Senin (3/2), sudah banyak perubahan. “Inilah yang diperintahkan Presiden yaitu segera lakukan penanganan darurat dan pemulihan,” ujar Menteri Siti Nurbaya.